Bab 19 - Mantan Suami yang Pengganggu

4.7K 583 129
                                    

Masih berharap akan dapat 88 vote dlm 24 jam [Total jadi 419 vote],

UPDATE LAGI Selasa. Kalau enggak, ya Rabu!

.

LUPA UPDATE JUMAT KEMARIN T___T 

Tolong diingatkan. Soalnya lagi nulis 3 project. 

Jadi kadang berasa udah upload, ternyata baru beres ngedit di doc 

[Udah otw ngedit bab 21]

Apalagi bab lalu dikit yang komen, jadi kayak bener2 lupa. 

Makasiih

Hal yang paling kukhawatirkan terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang paling kukhawatirkan terjadi. Anakku laki-laki! Lalu aku harus bersiap menghadapi Mas Adnan jika dia sampai tahu tentang keberadaan anak ini. Dia pasti akan berusaha merebutnya!

Entah dengan memaksaku kembali padanya, atau mungkin lebih gila lagi dengan bertarung memperebutkan hak asuh anakku kelak.

Yah, meski untuk anak di bawah usia dua tahun pasti akan dalam asuhan ibunya, tapi siapa yang bisa menjamin kalau Mas Adnan tidak bertindak nekat?

Jemariku sedikit bergetar dan mataku terasa memanas. Rasanya aku ingin menangis, tapi tak mungkin kulakukan di sini.

Aku harus mengundurnya! Dia tidak boleh tahu untuk sementara. Setidaknya sampai aku resmi menjadi istri Mas Bram! Semua akan lebih aman jika aku sudah bersama Mas Bram.

Mas Bram seolah memahami kegundahanku dan berbisik pelan, "Dia tidak akan bisa macam-macam. Aku akan menjagamu, Insyaallah."

Aku pun mengangguk sambil menyeka sudut mataku yang basah. Maka kami pun berterima kasih dan pamit pada dokter Winda. Insyaallah, kami akan bertemu kembali bulan depan.

 Insyaallah, kami akan bertemu kembali bulan depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih duduk termangu di samping ruang farmasi. Jemariku masih terasa dingin dan gemetar ketika mengirim pesan Whatsapp pada Mbak dan Ibu kalau janin di perutku berjenis kelamin laki-laki. Sebenarnya mereka ingin langsung menelepon, tapi kularang karena kami masih di rumah sakit dan ada Mas Bram di sisiku. Aku tak ingin melihat mas Bram melihat kegaduhan kami..

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang