Bab 49 - Serangan Balasan

2.3K 251 128
                                    

Nunggu 155 vote ATAU 250 komen baru aku up Endingnya.

Ga harus dlm 24 jam.
Mention aku aja begitu udah nyampe, ya

Nyampe Lah. Sering, kok dapat 140an+ nambah dikit aja.

 Sering, kok dapat 140an+ nambah dikit aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wanita itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa mendengar pengakuan Pak Eko tentang keterlibatannya dengan penculikan Daffa yang kini ada dalam pelukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wanita itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa mendengar pengakuan Pak Eko tentang keterlibatannya dengan penculikan Daffa yang kini ada dalam pelukannya.

"Seandainya saya tidak bodoh dan tergiur. Ya Allah, saya lah yang menyebabkan Daffa diculik!" Ucapan istighfar dan permintaan terus meluncur dari bibir Pak Eko.

Ketika Raya baru menyusun kalimat yang dirasa layak untuk dikeluarkan, suara seruan keras diiringi tubuh Pak Eko yang tertarik ke atas terlihat.

Bram sudah berdiri garang mencengkeram kerah kemeja pria paruh baya itu.

"Apa yang Bapak lakukan?!"

"Mas! Jangan!" Seluruh kalimat yang Raya sudah susun langsung hancur berantakan. Fokusnya kini adalah mencegah Bram menghajar Pak Eko yang tampak ketakutan.

Untungnya Mbak Titi ikut berlari di belakang Bram dan langsung mengambil alih Daffa dari tangan Raya. Asisten rumah tangga itu langsung paham dan membawa Daffa menjauh dari wilayah pertikaian sebelum dia tersadar dan menangis keras.

Raya, menarik lengan Bram yang masih terangkat ke atas. Otot lengan suaminya terasa begitu keras seolah menahan amarah yang kini sudah membakar nyata.

"Istighfar, Mas! Jangan emosi dulu!"

Tiba-tiba tangan Bram menyentak dan tubuh Pak Eko pun terdorong ke belakang hampir saja tercebur ke kolam.

Pak Eko terbatuk beberapa kali sambil duduk bersimpuh. Cengkeraman Bram tadi sempat membuat lehernya sedikit tertekan dan menghalangi jalan napas. Jantung pria itu berdebar kencang. Sebagian karena terkejut, tapi sebagian besar karena rasa bersalah.

"Pak, boleh saya tahu apa yang sebenarnya terjadi?" Raya ikut berlutut di depan pria yang kini menunduk dengan menyangga tubuhnya dengan dua tangan ke conblock.

Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaWhere stories live. Discover now