Linie | 03

7 1 0
                                    

Ini kali pertama aku melihatnya, duduk tenang di sudut kantin sambil sesekali bertukar canda dengan teman-temannya. Dia, seperti tidak tersentuh. Namun, aku merasa mual yang aneh setiap melihatnya.

"Olivia! Olivia!"

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebelum akhirnya menengok ke arah sumber suara. "Ya? Kenapa Yerim?" tanyaku pada gadis berambut ungu dengan lesung pipi yang menggemaskan itu.

"Dari tadi aku cerita, kamu nggak dengar ya?" jawabnya sambil mengerucutkan bibir.

"Mmm ... maaf, Rim," sahutku dengan suara kecil. Pandanganku langsung beralih pada gadis itu. "Jadi gimana? Kamu tadi cerita apa?"

Yerim makin mengerucutkan bibirnya yang kecil. "Kamu lihat siapa sih?" tanyanya balik sambil menggeser tubuhku yang menghalangi pandangannya. "Kak Sunwoo? Lagi?"

Merasa tertangkap basah, aku mengusap tengkuk lalu membuang wajah, menghindari pandangan mata Yerim.

"Kamu ngapain coba ngelihatin buaya terus? Kamu tahu, kan, dia tuh hobinya flirting!" omel Yerim padaku, entah sudah omelan yang ke berapa sejak aku jujur padanya soal rasa mual di perutku ini setiap melihatnya.

"Aku nggak sengaja, santai aja. Nggak bakal ada apa-apa juga," kilahku. "I know my limit."

Yerim hanya menghela napas, ia kembali sibuk dengan makanan di depannya. Meninggalkan aku yang kembali memikirkan sosok yang sejak tadi mencuri perhatianku.

♧♧♧

Sudah jam empat sore, tapi aku belum menemukan sosok yang kucari. Aku mengedarkan pandanganku lagi, mencoba memastikan sekali lagi sekitarku. Kakiku berjinjit, agar pandanganku lebih luas. Baru saja aku menurunkan kaki, tiba-tiba sebuah tangan mendekapku dari belakang.

"Maaf ya lama? Kakak habis ada urusan sama anak futsal," katanya dengan suara pelan.

Aku memejamkan mata, merasakan berbagai macam emosi yang menimpaku saat ini. Suaranya yang berat dan aroma parfum dari tubuhnya membuatku tenang, tapi posisi kami saat ini membuatku semakin mual.

"Iya, udah lepas dulu," jawabku cepat, berusaha melepaskan diri dari dekapannya.

Sosok itu tertawa, membiarkan aku lepas dari dekapannya. "Mau peluk, masa nggak boleh?"

Pipiku menghangat, pasti kemerahan. "Nggak di sini," jawabku pelan.

"Kalo di tempat lain tambah cium dong?" balasnya sambil tertawa, ia menggandeng tanganku lalu mengajakku berjalan menyusuri sisi sekolah yang lain, tempat ia memarkir kendaraannya.

Aku hanya mengikuti gerakannya tanpa menjawab. Sesekali ia menggenggam tanganku erat, lalu menggoyangkannya. Begitu sampai di sebuah motor berwarna hitam kesayangannya, ia mengambil helm dan memakaikannya di kepalaku.

"May I?" tanyanya sebelum menyentuh kepalaku, begitu kubalas dengan anggukan, ia langsung memakaikan helm itu, memastikan terkunci dengan baik, lalu tersenyum. "Kita pulang ya, kamu mau beli es krim dulu?"

"Boleh," jawabku singkat, kemudian naik ke atas motornya begitu ia sudah menyalakan mesin motornya. Kulingkarkan tanganku di pinggang laki-laki itu, memeluknya. "Aku mau peluk Kakak, jangan protes."

Suara tawa terdengar dari si empunya tubuh. "Kamu peluk terus juga boleh. Dengan senang hati."

"Kalau peluk terus kita sekolahnya gimana?" jawabku merespons ucapannya. "Nanti ketahuan dong."

Sebuah usapan pelan terasa di tanganku. "Ya nggak apa-apa dong? Kamu ngga malu kan ketahuan pacaran sama Sunwoo?"

"Nggak, tapi aku malu karena ini pertama kalinya buat aku," jawabku pelan, menyembunyikan wajah di balik punggungnya agar dia tidak bisa melihatku dari kaca spion.

Sunwoo tertawa. "Oliv, Oliv. Kamu tuh kalo di sekolah garang, tapi ternyata kayak anak kucing ya? Gemes banget, untung pepetan Kakak waktu itu berhasil."

Perkataannya hanya aku balas dengan tawa. Ya, memang, baru kali ini aku merasakan mual yang menyenangkan saat bersama seseorang, dan orang pertama yang membuatku merasakannya adalah dia, laki-laki tukang flirty yang bernama Sunwoo.

♧♧♧

February, 3 2022 21.40 PM
Cinta Pertama - AU Sunwoo x Olivia Hye
550 kata.

a Tiny Linie Bitty : NPC's 30 Days Writing Challenge 2019Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt