[ 02/30 ]

1.1K 126 7
                                    

Hari ini sang kupu-kupu merasa sedikit lelah. Pada salah satu dahan rendah, ia menaruh tubuhnya sejenak, berharap sayapnya akan kembali terkepak setelahnya.

Sayup, ia melihat sesuatu yang membuatnya terpana. Pelan, sayapnya mulai terkepak lagi. Inilah kisah di hari ke dua.

◎◎◎

Pagi ini langit tampak kurang cerah, mungkin karena semalaman hujan mengguyur dan membasahi bumi. Seorang gadis dengan rambut ikal panjang keluar dari dalam rumah sambil menggendong tas berwarna biru langit.

Di tangannya tergenggam ponsel dengan layar datar yang terus dimainkannya sejak tadi. Ia menatap langit sekilas, kemudian menengadahkan tangannya.

"Mama, Ersha mau bawa payung ada?" ucap gadis itu kembali melangkah masuk sampai sebatas pintu.

Tidak lama, keluar seorang wanita berumur awal lima puluh dengan payung bercorak kupu-kupu di tangannya.

"Ini payungnya. Pagi ini, langit mendung, ya?"

Ersha mengangguk. "Iya. Dari pada kehujanan, lebih baik Ersha bawa payung, Ma. Ya sudah, Ersha berangkat dulu, ya, Maa. Nanti Ersha pulang sore, ada kerja kelompok."

Mamanya tersenyum ketika menerima kecupan cepat di pipi kirinya dari gadis yang bernama Ersha itu. Sambil menggelengkan kepala, ia tertawa melihat kelakukan anak gadis kesayangannya.

Tidak lama, firasat Ersha berubah menjadi kenyataan. Hujan turun mulai dari gerimis kecil sampai tiba-tiba menjadi cukup deras.

Ersha membuka payung di tangannya dan memayungi dirinya sendiri sambil sesekali memutar gagang payungnya dengan tertawa. Ponsel yang ada di kantung Ersha bergetar, membuat ia segera mengambilnya dan mengangkat panggilan itu.

"Dino?" kata Ersha dengan wajah sumringah. "Iya, langit pagi ini mendung, tidak cerah, bahkan hujan deras. Untungnya hatiku tidak mendung sejak menerima kabar darimu."

◎◎◎

Kamis, 2 Agustus 2018
09.47 WIB
Morning Sky

a Tiny Linie Bitty : NPC's 30 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang