[ 16/30 ]

196 29 1
                                    

Semalaman Ersha tidak bisa tidur. Kepalanya sakit dan tubuhnya mengalami demam. Sudah seminggu ia sakit dan sulit tidur.

Ia sudah sangat penat beristirahat—yang sebetulnya tidak bisa dibilang beristirahat juga karena ia tidak bisa tidur—dan tidak keluar rumah sama sekali.

"Ma, Ersha mau keluar rumah. Kangen matahari, kangen lihat cahaya," rengek Ersha saat mamanya mengantarkan sarapan pagi itu.

"Kan bisa buka jendela," jawab Mama sedikit heran.

"Maunya langsung lihat cahaya. Mama tahu, kan, Ersha suka banget sama cahaya. Terang, bisa buat Ersha melihat barang, terus juga cahaya itu hangat, dan selalu ada," kata Ersha berusaha membujuk.

"Ersha mau keluar, Maaa. Mau cahaya matahari," rengeknya lagi.

Mama menatap Ersha sambil menggelengkan kepala. "Besok keluar, kalau udah sembuh."

"Tapi Ma, caha—"

"Sementara belum bisa lihat cahaya, kenapa kamu nggak berusaha jadi cahaya buat orang lain? Biar orang lain bisa diterangi sama kamu, dihangati sama kamu. Gimana?"

Ersha cemberut. "Ersha udah jadi cahaya, kok."

"Buat siapa? Dino?" ledek Mama sambil tersenyum jahil.

Pipi Ersha bersemu merah, ia langsung menyuap bubur di hadapannya tanpa menjawab. Usahanya untuk membujuk Mama hari ini nyatanya gagal dan malah berbalik menyerangnya.

◎◎◎

Kamis, 16 Agustus 2018
15.48 WIB
Random Song : Cahaya - Tulus

a Tiny Linie Bitty : NPC's 30 Days Writing Challenge 2019Where stories live. Discover now