2 of 30

91 14 0
                                    

Sederhana,
Hanya saja memikat.

Menyimpan sejuta pesona,
Agar orang ingin mendekat.

Terkesan ketinggalan era,
Padahal sebagai pengingat.

Sang kunang-kunang tersenyum. Ia terbang rendah menjauh dari kedua pasang manusia yang bergelut dalam hatinya.

Perempuan berponi kiri itu tersenyum, menarikan jari di atas kertas putih. Sementara lelakinya sibuk memperhatikan sambil mencuri-curi pandang.

"Rumah panggung itu, indah bukan?" tanya sang perempuan, membuka obrolan.

Si lelaki tersenyum. "Entahlah. Bukankah itu hanya rumah biasa?"

Perempuan itu menggeleng. "Aku tidak menganggap begitu," sahutnya sambil mendekat malu ke arah si lelaki dan mengulurkan kertas yang sedari tadi dicoretnya. "Lihatlah."

Si lelaki membaca kata demi kata yang tertulis di sana. "Ini tentang rumah panggung versimu?" tanyanya.

Sang perempuan mengangguk.

"Sederhana dan memikat? Pesona dan mendekat?"

"Rumah panggung memang sederhana, bukan? Namun, cukup memikat. Hanya dengan sekali lihat, aku selalu tertarik untuk mendekat," jawab perempuan itu.

Lelaki di hadapannya tersenyum. "Lalu ketinggalan era?"

Senyum di bibir perempuan itu lenyap. "Kau ini, keterlaluan. Hal sederhana saja, masih bertanya. Tentu saja rumah panggung ini ketinggalan era, ia hanya digunakan pada zaman dahulu kala. Namun, sebenarnya rumah ini juga menjadi pengingat bahwa kita pernah melalui masa di mana rumah panggung itu modern."

"Itulah mengapa aku tidak menjadi anak sejarah, Nona. Karena aku tidak suka mengingat, atau mencari tahu hal yang sudah berlalu," jawab lelaki itu.

"Mungkin juga karena itulah kita bertemu, agar aku bisa mengajarimu bahwa ada sejarah yang memang harus kau pelajari," jawabnya lagi. "Aku harus pergi dan melanjutkan puisiku soal rumah panggung ini. Besok bertemu lagi?"

Sang tuan mengangguk. "Seperti biasa."

Perempuan itu sedikit membungkuk lalu berjalan pergi. Sudah lima minggu sejak mereka tanpa sadar bertemu dan mengalami rindu yang tabu. Meski berbeda jauh, keduanya merasa nyaman saat bersama meski hanya diam.

Mungkin, akan ada masanya hubungan mereka seperti rumah panggung. Penuh pesona, mengikat, tapi berakhir menjadi kenangan.

🐝🐝🐝

November 2, 2019
🐝 : Rumah Panggung

a Tiny Linie Bitty : NPC's 30 Days Writing Challenge 2019Where stories live. Discover now