[ 06/30 ]

469 73 4
                                    

Hari ini sang kupu-kupu memilih untuk memperhatikan mereka berdua dengan jarak yang lebih jauh. Bau rumah sakit dan bahan kimia membuatnya takut untuk mendekat, salah-salah, sayap dan tubuhnya bisa saja terendam air keras dan ia menjadi kaku.

Di sinilah mereka, kisah hari ke enam.

◎◎◎

Ersha memandangi pantulan bayangannya di cermin sekali lagi. Hari ini adalah hari pertamanya melakukan praktek kerja lapangan di sebuah rumah sakit yang cukup besar di kotanya.

Dengan mantap, gadis itu mengikat rambut ikalnya menjadi satu dan memberi sedikit pulasan pada wajahnya yang sudah cukup cantik.

Ia memantapkan dirinya sekali lagi, kemudian berjalan menuju ke rumah sakit tempat kerjanya selama beberapa bulan ke depan.

◎◎◎

Ersha pikir pekerjaan di laboratorium pemeriksaan ini akan sangat santai, tidak semua orang perlu memeriksakan darahnya, bukan? Sayang, yang diperiksa di sini bukan hanya darah, melainkah urin, dahak, juga ... feses. Dan itu membuat pekerjaannya terasa sangat melelahkan.

Memang, Ersha tidak secara langsung memeriksa semua itu, mengingat statusnya yang masih praktek kerja lapangan. Namun, ia bertugas sebagai asisten dari seorang senior di laboratorium itu—dan kebetulan orangnya sangat teratur juga teliti.

Jam sudah menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit ketika jendela kaca tempatnya bekerja diketuk. Ersha mengangkat wajah dan tersenyum, karena ia harus bersikap ramah pada pasien. Namun, senyumnya tidak lama memudar terganti dengan kerutan di kening dan cibiran samar dari bibirnya.

"Suster, saya mau periksa darah," kata sosok yang mengetuk jendela itu.

"Formulir isiannya sudah ada, Pak?" tanya Ersha masih dengan muka masam.

"Saya bukan bapak-bapak, Sus. Masih muda."

"Saya minta formulir isiannya, Mas," jawab Ersha menekankan kata Mas dalam kalimatnya.

Sosok itu tertawa. "Belum beli formulir, Sus. Saya punyanya formulir lain."

Ersha mengangkat salah satu alisnya tanda tidak mengerti, membuat sosok itu tersenyum lebar, merasa puas.

"Formulir jadi pengisi hati Suster Ersha."

Pipi Ersha bersemu merah tepat ketika kalimatnya terhenti. Sayang saja saat ini Ersha sedang berada di labotatorium tempat praktek kerja lapangannya, hingga ia tidak bisa langsung menyerbu sosok itu dengan cubitan.

"Dino, kamu kenapa iseng banget?" pekik Ersha tertahan. "Sedang apa di sini?"

Sosok—yang ternyata Dino—itu tertawa tertahan. "Menjemput Suster Ersha. Sepuluh menit lagi pulang, bukan?"

Ersha mengangguk.

"Siap, saya tunggu di sana, ya. Selamat kerja," kata Dino sambil pergi ke ujung lorong.

Tanpa Ersha sadari, senyum mengembang dari bibirnya. Hari pertamanya bekerja ternyata sangat melelahkan dan penuh kejutan.

"Begini, ya, rasanya pulang kerja dijemput pacar?"

◎◎◎

Senin, 6 Agustus 2018
05.13 WIB
Interoffice Romance

a Tiny Linie Bitty : NPC's 30 Days Writing Challenge 2019Where stories live. Discover now