6 of 30

60 10 0
                                    

Feriska membuka mata dan merasa tidak nyaman dengan udara yang masuk ke dalam pernapasannya. Ia menengok ke segala arah, tapi kepalanya terasa berat. Matanya terbuka lebar ketika melihat makhluk aneh berlutut di hadapannya.

"Ratu, kami siap mengabdi padamu," ucap makhluk hijau dengan bentuk kepala aneh dan tangan yang berjumlah enam.

Feriska menggeleng, ia memicingkan mata dan melihat sekelilingnya. Gelap, tapi masih bercahaya. Ia menunduk, lalu melihat tanah yang dipijaknya tidak rata. Berlubang dan bergelombang.

"Kita harus melakukan penyerangan segera Ratu," ucap makhluk aneh itu tadi. "Pangeran Gerald dari Saturnus sudah dalam perjalanannya. Kita harus menghentikan dia sebelum mereka sampai di Venus."

"Venus?" ulang Feriska, ia memperhatikan tangannya yang mendadak terlihat aneh, sedikit pipih dan lebih panjang. Gadis itu menjerit. Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah tadi pagi Gerald mengajaknya bermain perang bintang? Lalu kenapa mereka sekarang malah seolah bermusuhan?

"Iya Ratu, kau adalah penguasa Venus. Dan Pangeran Gerald ingin mengambil kekuasaanmu di sini," jawab makhluk aneh tadi.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanyaku bingung, aku masih tidak mengerti. Namun—

"Pasukan Pangeran Gerald telah datang!"

Sebuah suara menghentikan pembicaraan Feriska dan makhluk aneh tadi. Dari kejauhan terlihat sebuah makhluk aneh yang sangat tinggi dan berkaki empat. Feriska bergidik.

"Ratu, selamatkan dirimu!" kata makhluk hijau itu sambil mengangkat pedang dan berlari ke arah datangnya makhluk aneh kedua.

Feriska terdiam, dan suara ledakan terdengar. Merasa panik, Feriska pun berlari menjauh entah ke mana kakinya akan melangkah.

Belum terlalu jauh, tiba-tiba saja wajah seseorang mengagetkannya.

"Mau ke mana Tuan Putri?"

Pandangan Feriska memburam, ia mengenal wajah itu. Wajah Gerald. Namun, senyum dan sikapnya tidak seperti Gerald yang ia kenal. Laki-laki itu mengacungkan pedang ke arah Feriska.

"Serahkan Venus, atau kau akan mati."

"Gerald—"

"Beraninya kau mengucap namaku dengan mulutmu?" bentak Gerald. Ia tampak sangat menyeramkan. Pedang di tangannya terarah ke bagian dada kiri Feriska. "Siap mati?"

Feriska memejamkan mata, ia menangis tanpa bisa ditahan. Lalu tiba-tiba ....

"Kak Feriska! Bangun! Kak Gerald udah nunggu di bawah."

Feriska membuka matanya, lalu langsung melihat ke sekelilingnya. Ia berada di kamar. Gadis itu berlari ke cermin, dan menyadari dirinya benar-benar berada di rumah.

Sontak, Feriska berlari ke bawah dan menemui Gerald yang menunggunya sambil tersenyum. Feriska pun menghambur ke pelukan Gerald.

"Kamu kenapa?"

Feriska menggeleng. "Aku nggak mau main perang bintang. Udah kita di rumah aja."

Kemudian ia semakin membenamkan dirinya dalam peluk Gerald. Dalam hati, Feriska beruntung bahwa semua tadi hanya mimpi. Ya, hanya mimpi.

🐝🐝🐝

November 6, 2019
🐝 : Space Opera

a Tiny Linie Bitty : NPC's 30 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang