1. Calla Lily

4.5K 175 2
                                    

Enjoy the story 👇enjoy the music 👆

"Pergi dari sini! Aghhr!" teriak tante Indah menusuk ke dalam jantungku yang terlalu rapuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pergi dari sini! Aghhr!" teriak tante Indah menusuk ke dalam jantungku yang terlalu rapuh.

"Jangan ganggu aku. Mana suamiku? Mana Galang?!" tante Indah melempar piala berbahan kaca yang ia genggam ke sudut ruangan.

Prang!

"Piala Niko!" histeris Niko saat melihat pialanya hancur berantakan. Abel menggeram marah melihat kelakuan ibunya.

"Mama, stop!" teriak Abel. "Mama, jangan berontak lagi. Abel capek, Ma!" air mata Abel meleleh. Membuat jejak di pipi halusnya.

Tante Indah seolah tak punya telinga. Dia justru berteriak sambil mengacak rambutnya hingga penampilannya cocok dengan keadaan jiwanya saat ini.

Ya, tante Indah sekaligus ibunda dari Abel dan Niko sakit jiwa.

"Aku mau Galang. Aku mau Galang. Mana Galang?" teriakan tante Indah terdengar seperti wanita yang dipasung selama bertahun-tahun dan meminta tolong untuk dibebaskan.

"Papa udah meninggal! Berhenti bayangin papa seolah dia masih hidup. Mama harus terima kenyataan kalau papa udah meninggal!" telingaku berdenging mendengar teriakan tak termaafkan Abel.

"Galang belum meninggal. Dia masih di rumah ini. Dia akan pulang kerja sebentar lagi!"

Abel merosot di dinding. Napasnya hampir terkuras hanya untuk menenangkan mamanya yang kehilangan akal sehat. Abel menatap miris keadaan ibunya.

Baru seminggu lalu aku melihat tante Indah menyiapkan sarapan untuk keluarga bahagianya, kini sosok itu tidak bisa dikenali. Aku mengelus punggung Abel untuk menenangkannya.

"Tante!" Aku duduk di hadapannya dengan ekspresi tenang.

"Om Galang udah nggak ada, tapi Abel sama Niko masih ada. Tante nggak perlu khawatir-"

Tamparan kasar mengenai pipiku. Aku terlempar ke lantai dengan pipi lebam. Abel membantuku berdiri.

"Ma, cukup!" bentak Abel kehilangan kesabaran.

"Mama puas pecahin piala yang Niko dapatkan dengan kerja keras dia sendiri? Niko belajar sendiri, tanpa bantuan dari siapa-siapa, karena Mama cuma sibuk mikirin papa yang udah nggak ada.

"Mama sadar, Ma. Kami butuh kasih sayang mama. Kalau mama kayak gini terus, Abel sama Niko sama siapa?!"

"Kapan mama sadar kalau papa udah nggak ada? Abel capek berharap mama sembuh." Abel kelelahan. Dia terduduk di lantai.

Air mataku ikut menetes mendengar luka di suara Abel.

"Mama sakit karena papa nggak ada? Kita lebih sakit karena mama berubah jadi kayak gini."

Aku menoleh ke arah Niko. Bocah sepuluh tahun itu sedang memunguti pecahan pialanya di lantai.

Keberadaan tante Indah merugikan mereka berdua. Niko dan Abel berhak bahagia tanpa tante Indah yang hanya merusak hari-harinya.

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now