22. Azalea

759 66 2
                                    

Abel bangkit dari atas kursi belajar dengan kedua tangan terkepal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Abel bangkit dari atas kursi belajar dengan kedua tangan terkepal. "Lo cancel acara kita untuk jalan sama Alam?" tanyanya bahkan sebelum aku bersiap untuk menghadapi kemarahannya.

"Dan lo barusan pulang sama Vicky?"

Aku menelan ludah. Rasa bersalah membuatku takut menatap ke arahnya.

Aku meletakkan seluruh barang belanjaan di atas meja dan menghadap ke arah Abel.

"Gue benar-benar minta maaf---"

"Sebenarnya ada apa sama lo, Ra? Kenapa lo berubah?" suaranya padat akan emosi.

"Tiap hari ada aja hal baru yang gue tau dari orang lain tentang lo. Dulu gue orang pertama yang tau kabar lo, Ra. Sekarang lo berubah jadi orang asing."

Aku berusaha mencari kesempatan untuk menyela, tapi Abel tidak memberiku kesempatan.

"Sejak kapan lo dekat sama Vicky, gue nggak tau. Lalu tiba-tiba lo dekat sama si playboy Alam itu, gue juga nggak tau. Mana Samara yang setiap hari mampir ke rumah gue kayak dulu? Lo mampir sekali sebulan, itu pun langsung pulang, dan sekarang kita adain acara bareng, yang seharusnya jadi momen kebersamaan setelah sekian lama, lo sia-siain demi pacar-pacar lo itu."

Tunggu, dia sebut Alam apa tadi? Playboy? "Abel---"

"Gue belum selesai, Ra," desak Abel membuatku menutup mulut.

"Gue pernah nangis-nangis di kamar, nungguin kedatangan lo. Berharap lo akan nenangin gue waktu gue. Di mana lo waktu gue sama Desta putus? Di mana lo saat gue jatuh bangun perjuangin Niko yang hampir dikeluarin dari sekolah? Lo nggak ada."

Rasa bersalahku semakin besar mendengar nada suara Abel yang terdengar kecewa.

"Bisa nggak, kita kayak dulu lagi?" Abel merendahkan nada suaranya.

Aku akhirnya punya kesempatan untuk menjawab. "Maaf," kataku dengan nada penuh rasa bersalah.

"Maaf karena gue nggak datang waktu lo butuh gue," sambungku.

"Minta maaf juga karena selama ini lo nyembunyiin rahasia dari gue!" tuntut Abel.

Aku mengangguk kecil. "Maaf karena nyembunyiin rahasia dari lo."

Abel menghela napas lega. Dia menarikku agar duduk di atas tempat tidur. "Seharusnya lo cerita ke gue sejak dulu, kenapa sekarang mendadak lo jadi playgirl kayak gini?"

"Gimana gue mau cerita kalau lo sibuk sama dunia lo sendiri," sahutku dengan nada agak menyalahkan.

"Maaf kalau tersinggung, tapi sebenarnya itu salah satu alasan kenapa selama ini gue menghindar. Apa yang gue takutkan dulu jadi kenyataan, Bel. Setelah lo jadi ketua, dunia kita udah berbeda."

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now