45. Vinca

759 63 2
                                    


Aku berangkat sekolah dengan jantung berdebar keras

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berangkat sekolah dengan jantung berdebar keras. Bukan cuma karena hari ini aku harus ujian, tapi karena aku melihat motor Vicky terparkir di parkiran yang berarti Vicky berangkat sekolah hari ini. Jika kami bertemu, itu akan jadi kali pertama pertemuan kami setelah kejadian di koridor yang masih terbekas di tangan kananku saat ini.

Aku belarian ke arah lab komputer di antara gedung IPA dan IPS. Takut kalau aku adalah satu-satunya siswa yang belum tiba di sana.

Ekspresi gugupku berubah heran ketika kakiku mendarat di depan pintu lab komputer. Pintunya terkunci rapat.

Aku membukanya, tapi tak berhasil.

Ketika aku mengintip dari jendela, tidak ada satu pun manusia di dalam sana.

Aku mengecek ponsel. Mungkin aku salah hari atau salah jam. Namun aku tidak menemukan satu pun kesalahan.

Aku menelfon Bu Sonia berkali-kali. Tak ada jawaban.

Kakiku melangkah gemetar ke arah TU. Jantungku berdebar takut.

Bu Sonia sedang duduk di counter ketika aku tiba di sana.

"Buk!" seruku membuat orang-orang yang sedang ngobrol di sofa menoleh heran.

Aku tidak peduli dengan lirikan tajam mereka. Rasa penasaranku sudah berada di ujung kepala.

Bu Sonia bangkit dari duduknya dan menyuruhku menuju ke ruang belakang TU, tempat tidak ada satu pun orang di dalam sana kecuali kami.

"Samara, Ibu benar-benar minta maaf karena sudah memberimu informasi yang salah."

Aku menautkan alis. Jantungku semakin berdebar.

"Semua ujian beasiswa ternyata dilakukan setelah ujian nasional."

Napasku berhembus kecewa.

"Ibu harap kabar ini membuatmu senang karena kamu akan punya lebih banyak waktu untuk belajar."

Bu Sonia menatapku seolah ini adalah kabar menggembirakan. Jika saja tau kalau aku ditipu, aku mungkin sudah menemani Abel untuk pergi ke Houston hari ini.

"Anak-anak IPA yang memberi ibu informasi palsu ini. Kamu pasti tau Adrian, kan? Nah, dia yang kasih tau ibu kalau ujiannya hari ini," jelas Bu Sonia ketika melihat ekspresi kecewa di wajahku.

"Semua orang tau Adrian anak genius yang nggak bisa dipercaya, tapi kenapa ibu masih percaya sama dia? Kenapa ibu nggak pastiin dulu kabar itu dari bu Andrea?" protesku penuh emosi.

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now