38. Lantana Camara

473 55 2
                                    

Aku tidak main-main, apa yang kukatakan kepada Bu Sonia benar-benar kukerjakan

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Aku tidak main-main, apa yang kukatakan kepada Bu Sonia benar-benar kukerjakan. Aku m
eminjam lima buku sekaligus dari perpustakaan, sempat mendapat pinalti dari penjaga perpus, tapi aku meminta bantuan Vicky dengan memanfaatkan kekusaaannya sebagai anak kepala sekolah dan aku berhasil mendapatkan lima buku itu.

Seminggu yang begitu sibuk, aku tidur tiga jam sehari untuk latihan soal-soal lama ujian seleksi Angelo. Setiap pulang sekolah, aku selalu menyiapkan waktu dua jam untuk menulis surat rekomendasi. Sudah lima kali surat rekomendasi itu ditolak oleh Bu Sonia karena terlalu lebay.

Malam ini aku melakukan percobaan untuk kesekian kalinya. Setelah selesai menulis surat rekomendasi, aku membayangkan akan tidur nyenyak di atas ranjang. Namun aku teringat dua paket soal yang harus kukerjakan sehingga alih-alih menyembunyikan tubuh di balik selimut yang hangat, justru aku duduk di depan meja belajar untuk mengerjakan soal-soal itu.

Satu jam berjalan begitu cepat. Aku menyesal hanya berhasil menyelesaikan 4 soal IPA yang begitu menguras otak.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Mataku semakin terlelap di atas buku fisika.

"Samara, makan malam!" seru Bunda dari lantai bawah.

Sudah lima kali sejak pukul enam sore Bunda mengatakan kalimat yang sama. Aku tidak akan turun sampai Bunda datang sendiri membawa makan malam untuknya.

Aku sudah tidak tahan menahan kantuk. Dahiku menempel di permukaan buku. Kedua tanganku begitu nyaman bersembunyi di balik lengan jaket.

"Ekhem!" terdengar deheman maskulin dari samping.

Mataku mengerjap lemas. Terlihat siluet seorang laki-laki.

Tunggu, laki-laki?!

Aku membelalak begitu melihat Aidan duduk di sampingku dengan ekspresi segar.

"Hay!" sapa Aidan membuatku menelan saliva karena gugup.

"Lo lihat gue kayak liat hantu," kata Aidan.

Aku mengerjapkan mata. Masih tak percaya sosok di depanku ini adalah Aidan.

"Gemes liat lo tidur." Senyum Aidan melebar.

"Sejak kapan lo di sini?"

Aidan mengedikkan bahunya. "Gue mau ke kamar Abel-"

"Kamar Abel di sebelah sana." Aku mengedikkan dagu ke sisi kiri.

"Gue mau ke kamar Abel, tapi gue lihat dia udah tidur. Jadi, gue iseng ke sini."

EVIDEN (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz