48. Strawflower

235 39 2
                                    

SELAMAT!
Kamu telah sampai di chapter sejauh ini!

Yakin masih mau lanjut??
Ini sadend
Kalau nggak kuat nggak usah diterusin. Soalnya chapter-chapter berikutnya akan lebih berat 🤧😭

Dont worry readers, masih ada cerita Vardhan yang lain kok 🥲

Tubuh ini merasakan dekapan rasa takut setiap kali cairan merah menetes di tabung yang bersambung dengan selang kecil di tangan Abel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh ini merasakan dekapan rasa takut setiap kali cairan merah menetes di tabung yang bersambung dengan selang kecil di tangan Abel.

Gadis bermata indah itu masih menyembunyikan matanya dari dunia. Dia tak sadarkan diri lebih dari dua hari setelah operasi.

Kami berusaha untuk tenang karena dokter mengatakan dengan ekspresi yang tak bisa diartikan, bahwa operasi yang Abel jalani lancar tanpa ada kendala.

Namun, hati yang gundah ini tidak mudah untuk percaya.

Aku dan Vicky memutuskan keluar rumah sakit dan mencari udara segar untuk mengisi sesaknya paru-paru.

Sejauh mata memandang, bukan orang-orang asing yang kulihat, melainkan rasa lega yang entah tersembunyi dimana.

Kami naik trem. Sempat bimbang karena kereta bawah tanah lebih nyaman dan lebih baik, tapi sistem memesan tiket dua hari sebelum naik membuat kami pasrah dan memilih kendaraan lain.

Di sinilah kami sekarang. Kota indah yang jadi tempat tinggal Aidan, Austin.

Surat-suratnya menggambarkan pepohonan rindang, danau dengan air yang memancarkan pantulan cahaya matahari seperti kristal, dan sungai dengan suara aliran air yang menenangkan. Semua itu nyata adanya.

Vicky memotret sungai Colorado ketika kami berdiri di jembatan. Kekosongan di kanan dan kiri membuatku merasa bebas. Suara gemericik air sungai lebih merdu daripapa musik manapun yang pernah kudengar.

"Bagus nggak?" Vicky memperlihatkan hasil fotonya kepadaku.

Aku justru terfokus pada ekspresi cerahnya yang jarang kulihat di wajahnya.

"Bagus," sahutku.

Danau Travis ternyata luar biasa lebih indah sehingga Vicky lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri untuk memotret pemandangan daripada menemaniku yang duduk di tepian sambil merenungkan keadaan Abel.

Dedauan jatuh dari pohon yang tumbuh di sampingku. Daun itu mengambang di antara partikel air yang terkena sinar cahaya.

"Samara," Vicky memperlihatkan foto-fotonya.

"Ini adalah gambaran yang Aidan berikan ke gue di surat-surat dia," curhatku membuat Vicky memutuskan untuk duduk di sampingku.

"Danau Travis dan bendungan raksasa." Aku menunjuk tembok menjulang tinggi seperti gunung di tepi seberang.

"Aidan bilang, pemandangan ini membuatnya merasa tenang."

Alangkah indahnya jika orang yang sedang bicara denganku saat ini adalah orang yang baru saja kusebut. Aku tersenyum miris.

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now