17. White Rose

874 58 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunda punya bisnis florist dan aku sama sekali tidak tau kalau beliau bekerja sama dengan seorang wanita yang punya anak bernama Alam.

Cowok gombal satu ini tidak berhenti menggodaku di tengah perjalanan. Pipiku memerah setiap beberapa menit sekali dan itu sangat memalukan.

"Gue pengen tau gimana rasanya jadi pacar ketua osis," kata Alam membuatku menoleh ke arahnya.

"Maksud lo Farel?" tanyaku.

"Elo, bukan Farel. Yakali gue suka sama cowok, Ra. Gue masih waras."

Aku merenges. "Gue bukan ketua osis."

"Hampir jadi ketua osis. Lo ikutan nyalon kan, kemarin?"

Aku tersenyum miris. "Yang milih cuma dua orang gimana mau jadi ketua."

"Lo tau nggak siapa yang milih lo?" Alam melirik ke arahku agak lama.

"Hm?" Aku menautkan alis. Setauku, orang pertama yang memilihku adalah Abel dan orang kedua adalah Vicky.

"Salah satu dari orang yang milih lo adalah gue."

Aku terperangah. "Serius?" punggungku terangkat dari senderan mobil.

Alam tertawa misterius. "Menurut lo?"

Aku sama sekali tidak kepikiran ada orang yang tertarik mendukungku, padahal aku dan Alam sama sekali belum saling mengenal sebelumnya.

"Nggak nyangka, ya?" tebak Alam membuatku membuyarkan lamunan.

"Kenapa lo milih gue?" tanyaku penasaran. Dari sekian banyak siswa yang mendapat ancaman dari Laras, aku penasaran kenapa dia jadi satu-satunya orang yang tidak terpengaruh.

"Karena gue pengen jadi pacar ketua osis, lah."

"Tapi gue bukan ketua ..." aku baru sadar akan ucapan Alam. Apa dia bermaksud untuk menjadikanku pacarnya?

"Gue nggak peduli lo ketua atau bukan. Intinya, lo mau kan jadi pacar gue?"

Aku menatap iris coklat gelapnya. Pandangan matanya berbeda dengan mata Vicky. Apa yang tergambar di mata Alam terlihat meragukan.

Alam mengalihkan pandangan ke jalanan dan tertawa sebelum aku sempat menjawab. "Cuma simulasi, Ra. Tenang aja, gue akan siapin tempat yang lebih istimewa untuk menyatakan kalimat sakral itu."

EVIDEN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang