vol 44

5.2K 274 3
                                    

Happy reading

Beberapa tahun kemudian

Di sebuah kamar 2 insan yang masih tertidur pulas di atas kasur sambil berpelukan, mereka Bastian dan Acil.

Tik

Tik

Kringggg...

Alarm milik Bastian berbunyi, dia segera bangun dan mematikan nya karna takut Acil terganggu.

Bastian kini sudah menjadi seorang pemuda tampan, dengan tubuh tinggi tegap, di sertai wajah yang terpahat sempurna umur nya kini sudah memasuki usia 21 tahun. Sekarang pemuda ini sudah kuliah di universitas ternama di Negera nya.

"Dek, bangun" ucap nya pelan.

Suara nya sangat pelan, dia tidak ingin Acil terkejut nanti jika dia membangun kan nya kuat-kuat.

"Dek, bangun ini sudah pagi" ucap nya.

"Egnmm..lima menit lagi" lirih nya.

Cup

Bastian mencium kening Acil, dia menggerakkan tubuh adik nya agar bangun.

"Katanya mau sekolah"

Semalaman Acil susah sekali untuk tidur karna dia tidak sabar ingin pergi ke sekolah.

"Hmm...iya bangun"

Acil menggosok mata nya, dia tidur menggunakan baju Bastian yang kebesaran di tubuh nya sementara pemuda itu menatap Acil dari atas hingga bawah rasa ingin sekali ia terkam saat ini juga.

"Hmm..hoamm.."

Acil bersandar pada dada bidang Bastian yang tidak menggunakan baju, semalaman dia telanjang dada karena Acil menginginkan baju nya.

"Dasar, ayo mandi" ucap nya.

Bastian menggendong Acil bridal style ke kamar mandi, dia menduduki Acil di wastafel sebelum menghidupkan air hangat untuk remaja itu.

"Abang mandiin" ucap Acil.

Tentu saja Bastian tidak akan menolak, dia membuka baju Acil serta celana pendek nya tapi dia tidak akan membuka CD remaja itu karna tidak boleh lebih tepat nya ini bukan waktu nya.

"Abang mandi juga" ucap Acil.

"Iya"

Bastian mandi bersama Acil, dia tidak bisa lama-lama karena waktu terus berjalan Acil hari ini cari bangku karna hari ini penempatan kelas nya.

"Nanti di sekolah, kalau ada yang ganggu dedek bilang sama Abang ya?"

Acil menggangguk kecil sementara Bastian mengenakan Acil baju seragam nya.

"Di sekolah jangan nakal-nakal" ucap nya.

"Iya Abang"

Acil memeluk pinggang pemuda itu, ia mendongak menatap ke arah Abang nya.

"Ayo, cepat nanti terlambat"

"Nanti dedek boleh kan, punya teman?"

"Nggak!"

"Kenapa?"

"Abang aja teman dedek"

Acil memasang wajah kusam nya, Bastian menyisir rambut remaja itu dengan menggunakan minyak rambut.

"Sini lihat Abang"

"Nggak mau!"

"Lihat Abang dek"

Acil melihatnya dengan wajah di tekuk kesal.

Cup

"Hmm.."

Pak Guru  - BL √Where stories live. Discover now