35. Dae dan Cameron serta Tuan Kincaid

160 11 18
                                    

Dae dipandu oleh Cameron berjalan menelusuri daerah yang dulunya Kota Yuza. Praja yang dahulu indah, kini hanya menampakkan puing-puing. Rumah Dae bahkan tak memiliki tembok lagi. Dia mencari petunjuk keberadaan ibunya serta Eunah di sekitar, kalau-kalau sang adik telah pulang dari kunjungannya, tapi ia tak menemukan sedikit pun titik terang.

Dae tak menemukan satu pun manusia, persis seperti yang diceritakan oleh Cameron. Mereka juga tak melihat penyebab beberapa titik api masih menyala, sekalipun setiap suluh tampak enggan untuk membesar atau memadam. Seolah-olah, api-api itu punya pikiran sendiri.

Ketika matahari hampir tenggelam, Dae merasa amat lelah, baik secara fisik maupun psikis. Air matanya telah habis selama mengais puing-puing kediamannya barusan. Cameron lalu menyarankan agar mereka kembali ke hutan mini. Sebab, menurut sepengamatan Cameron, tempat itu merupakan satu-satunya bagian dari Kota Yuza yang tak diserang oleh Penghuni Bumi.

Mereka duduk di bawah pohon kuning, pada arah yang berlawanan dengan lubang yang pernah dilewati oleh Eunah. Dae melirik luka-luka yang ia terima selama latihan di Negeri Langit, beberapa perban telah memerah minta diganti. Dia jadi bertanya-tanya, bagaimana keadaan Negeri Langit setelah beberapa jam ia menghilang.

Palingan mereka bahkan tidak merasa kalau aku telah pergi, pikir Dae, lalu menyenderkan kepalanya pada akar tebal pohon.

"Omong-omong, Cam." Dae membuka percakapan. Suaranya parau akibat menangis keras berjam-jam. "Kenapa kautahu aku akan muncul di sini?" Dia menelan liur. "Kau tadi bilang, kau menungguku."

Cameron nampak ragu untuk menjawab, terlihat dari jeda lama yang ia berikan. Tapi kemudian, anak lelaki itu menghela napas panjang sambil mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi di balik jaket kulitnya.

Sebuah kalung rantai kuningan bergantung di leher Cameron. Bagian tengahnya telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mengurung batu di dalamnya. Sekilas, batu itu terlihat biasa saja dan tidak penting. Tetapi semakin Dae perhatikan, batu itu jelas bukan berasal dari tempat mana pun di Permukaan.

Dae bergantian memperhatikan antara kalung dan wajah Cameron. Sang Teman sedang mengeluarkan senyum simpul yang punya sejuta arti. Dae tak pernah melihat ekspresi ini di wajah Cameron, sekalipun mereka sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Cameron yang ini terasa sangat asing. Dia bahkan baru ingat kalau sejak bertemu beberapa jam yang lalu, Cameron belum sekalipun memeluk atau memanggilnya "sayang". Padahal, dia selalu menggoda Dae dengan hal demikian.

Otak Dae berputar. Pendaran batu di kalung Cameron, dia tahu itu berasal dari mana.

Meneguk liur, Dae berkata, "Cam ... kau--"

Suara ledakan terdengar tak jauh dari jarak mereka.

Dae mematung. Kakinya tak sanggup bergerak. Ketakutan kembali melingkupinya. Dia tak mampu berpindah, hanya matanya yang terpaku ke arah ledakan itu berasal.

Kepalanya memainkan skenario. Bagaimana kalau ledakan itu disebabkan oleh musuh Manusia Langit? Dae belum sanggup melawan mereka. Bagaimana kalau ledakan itu mencelakakan adiknya, ibunya atau yang terburuk malah mereka berdua? Dae tak sanggup kehilangan.

Dae takut, sangat takut. Tapi, Dae bukanlah Dae yang dulu. Atau itulah yang ada di pikirannya. Jadi, dia berdiri dan mulai melangkahkan kaki. Tiap tapaknya ia tekan kuat-kuat, seakan hendak melubangi bumi. Dipikirannya hanya satu, keluarganya.

Sesuatu yang tak diduga lalu terjadi. Selembar selendang muncul secara ajaib dari pinggangnya, lalu diikuti dengan tubuh Dae yang menjadi seringan kapas. Kemudian, Dae melayang.

Yep. Dae melayang. Secara harfiah.

Di belakang Dae, Cameron tercengang sampai-sampai mulutnya tak mampu terkatup. Andai di sekitar situ ada serangga, dia pasti tak akan sadar bilamana ada yang masuk. Dia butuh beberapa detik untuk sadar kalau sedang menyaksikan hal di luar nalar. Sebab, Dae yang dikenalnya kini memiliki kekuatan super.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Another Way to Destroy The WorldWhere stories live. Discover now