30. Iova dan Salam Perpisahan

681 104 3
                                    

Iova mengikuti Xanx berlari ke ruang dansa, tempat acara pesta ulang tahun Keya Anteneh berlangsung. Sewaktu keduanya tiba, keadaan masih sama seperti yang Iova ingat ketika meninggalkan pamannya. Orang-orang bercengkerama, memakan serta meminum sajian yang dibawa oleh para pelayan. Beberapa orang juga terlihat duduk santai di atas sofa-sofa beludru yang berjajar di dekat dinding. Tak ada satu pun kejadian yang mengharuskan seorang pelayan harus berlari dengan lengan terluka. Entah apa arti dari sikap itu, Iova sama sekali tak mengerti.

Gadis itu mencari pantulan dirinya, membisiki nama Naga berulang-ulang. Namun, bayangan itu tidak memberi respons. Dia bertanya-tanya, mungkinkah Naga sedang pergi ke suatu tempat dan meninggalkan dirinya? Satu buah kecurigaan lain muncul di dalam hati Iova, tetapi ia menggelengkan kepala untuk menghapusnya.

Helaan napas kesal Xanx membuat fokus Iova beralih. "Apa maksudnya ini?" Xanx bertanya dengan napas terengah. Gadis itu mendecih, memutar balik tubuhnya menuju lorong yang mereka lewati tadi. "Aku akan memecat pelayan itu!" tukasnya penuh emosi.

Iova hendak berkomentar, Aku juga akan sangat marah bila ditipu seperti itu. Akan tetapi, ia urungkan sewaktu telinganya menangkap suara asing dari langit-langit. Sudut matanya memperhatikan ketiga lampu gantung raksasa di atas, semua terlihat baik-baik saja. Sekali pun demikian, tangannya tetap menarik tangan Xanx kuat-kuat, yang membuat sang gadis bangsawan merintih. Iova percaya bahwa firasatnya selalu benar.

Sayangnya, sewaktu Xanx hendak membuka mulut, lampu gantung di tengah ruang dansa terjatuh. Suaranya amat keras, yang mungkin saja menggema di seluruh stalagmit raksasa ini. Bagai adegan slow motion, orang-orang yang berada paling dekat dengan lampu mulai memekik panik meminta pertolongan. Nama Abraham terdengar dipanggil-panggil oleh beberapa orang. Ada pula yang berteriak untuk segera menghubungi ambulans.

Xanx Abraham menggoyangkan pergelangan tangannya, memaksa Iova untuk melepaskan genggaman. Gadis itu lalu meninggalkan Iova, menembus kerumunan orang-orang yang terlihat panik.

Iova memutar kepala, tatapannya meliar mencari keganjilan di ruang dansa. Mata supernya memang menemukan para penghuni bumi berdiri di sekitarnya, tetapi sanubari Iova berkata bahwa mereka bukanlah penyebabnya.

Itulah saat pertama ia menemukan seseorang yang memang tak seharusnya berada di sana.

Iova mulai berlari, hampir terjatuh akibat kehilangan keseimbangan sewaktu mengubah kecepatan. Dia mengejar orang itu keluar dari ruang dansa melalui lorong utama yang mengantarkan ia dan pamannya ke pesta ulang tahun Keya. Para penjaga berpakaian hitam tak ada yang memberi respons, seolah mata mereka sengaja menutupi kebenaran yang sudah melewati mereka.

"Hei! Berhenti!" Iova memanggil, tetapi si pelaku tak menunjukkan tanda-tanda hendak mendengarkan.

Keduanya melewati lobi. Resepsionis yang bertugas memperhatikan mereka. Apalah daya ternyata ia adalah penghuni bumi yang menyamar. Iova hampir menjerit karena sosok menjijikkan itu seolah masuk tiba-tiba ke dalam penglihatannya ketika ia mendekat.

Sang pelaku membawa Iova ke lorong seberang yang lebih sepi. Telinga Iova tak mendapatkan suara lain kecuali napasnya yang menderu serta derapan langkah kaki mereka berdua. Gadis itu tahu ia tak bisa membuang-buang tenaga seperti ini, apalagi bila sampai jatuh ke dalam jebakan yang kira-kira menunggunya di ujung lorong.

Jadi, Iova menghentikan langkah, melepas sepatunya dan bersiap untuk melempar. "Siku lebih tinggi dari lengan, sudut 90 derajat," gumamnya sambil mengubah sikap. "Lutut sebelah diangkat, putar pinggul ke depan." Dia mengambil napas panjang. "Dan ... LEMPAR!" Sang pahlawan berseru.

Prak! Suara sepatu sebelah kiri Iova tepat mengenai lelaki itu hingga terjatuh. Saking kerasnya, kacamata yang dikenakan oleh sang pelaku terlempar sekitar semeter dari titik awal. Iova bersorak, "YEAH! KENA!" Gadis itu langsung mendekat, setengah pincang akibat ketidak seimbangan tinggi sepatunya, dan terperangah saat mengetahui siapa yang sejak tadi ia kejar.

Another Way to Destroy The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang