10. Iova dan Teman Barunya

980 185 17
                                    

Iova sudah siap dengan seragamnya tiga jam sebelum waktu masuk sekolah. Bibinya bahkan belum bangun ketika gadis itu mengikat tali sepatunya di pintu depan atau waktu Iova melangkah ke luar dari apartemen. Sejak menangis semalaman karena mengira Iova hilang, Bibi Meg tidur persis seperti orang mati. Makanya Iova memutuskan untuk pergi diam-diam, karena tak sopan namanya bila membangunkan Bibi Meg.

Untuk mengantisipasi rasa khawatir Bibi Meg--yang mungkin akan datang lagi--Iova telah meninggalkan pesan. Isi pesannya seperti ini:

Aku akan pergi menyelamatkan dunia lebih awal! Sebagai pembantu pahlawan, Bibi Meg tidak perlu khawatir. Aku akan pulang sebelum waktu rapat kita. Tenang saja. Laporanku kali ini akan lengkap, Bi.

Dengan cinta,

Iova sang Pembela Kebenaran

N.B.. : Sisa kari dan rolade semalam sudah kupanaskan. Bibi tak perlu masak lagi.

Iova menulisnya di atas kertas memo berwarna kuning yang ia tempel di pintu kulkas menggunakan hiasan magnet. Cara sederhana yang sering dilakukan keluarga Surahan bila ada urusan mendadak.

Omong-omong, saat membaca pesan itu, Bibi Meg terlihat marah, kemudian menghela napas, dan sesudahnya tertawa. Entah apa maksudnya. Yang jelas Bibi Meg kelihatan mafhum dengan maksud Iova.

***

Mata violet Iova berbinar-binar. Dia berjalan sambil bersenandung. Hari ini rambutnya diikat dua dengan menggunakan pita berwarna ungu. Sebenarnya Iova keluar dari kediamannya dengan rambut terurai. Hanya saja dia kebetulan berpapasan dengan tetangga satu apartemennya, lalu meminta tolong agar rambut hitam panjang sepinggangnya ditata. Tetangga itu adalah Riri, sahabat Megraia.

Aku harap temanmu adalah seseorang yang tampan, Iova. Kalimat dari Riri terus terngiang di telinga Iova, membuat ia terkikik. Tak dapat Iova bayangkan bagaimana reaksi Riri jika mengetahui bahwa teman yang dimaksudnya adalah Eunah.

Rambut Eunah mungkin pendek, tetapi tidak dapat dikatakan mirip rambut pria. Gadis itu juga terlihat sangat bersemangat dan mempunyai keingintahuan yang tinggi persis Iova. Menurut Iova, sifat seperti itu sangat tidak cocok untuk seorang pria. Lelaki periang berarti banci, seperti salah satu penjahat yang pernah dilawan Iova, sekutu Akai. Sayangnya, Iova tidak melihat ciri-ciri seorang pahlawan dari diri Eunah.

Iova mengerutkan kening. Mungkin Eunah tidak mau identitasnya terbongkar, pikirnya sambil mengelus-elus dagu.

Gadis itu mengedikkan bahu. Pahlawan maupun bukan, Iova tidak peduli. Yang jelas Iova tahu kalau Eunah tak akan berada di sisi penjahat. Alasannya sederhana: 1) dia seorang perempuan; yang membuatnya sangat 2) asyik saat bercakap dengannya; karena mereka 3) punya pikiran yang sama. Tentu saja kecuali saat Tuan Wicked berkisah tentang Penghuni Bumi. Karena Iova merasa ngeri dengan Olahraga yang punya ciri-ciri sama dengan yang Tuan Wicked sebutkan.

Mengingat itu, Iova kembali merinding. Padahal Iova tahu kalau dia tak boleh bersikap pengecut. Seorang pahlawan tak boleh takut apa pun. Lagi pula, Olahraga sudah menolong Iova dengan mengizinkannya menonton Penalti Publik sebentar.

Andai kemarin Iova tidak bertemu Olahraga, mana ia dapat tahu kalau yang dihukum adalah Akai? Itu berarti Iova tidak akan ke rumah Tuan Wicked dan dia tak akan bertemu Eunah. Rambutnya juga tak akan ditata pagi ini karena dia mungkin tidak bertemu Riri sebab berangkat pagi-pagi. Hal penting lainnya, Iova tidak akan tahu tentang apa yang dilakukan oleh pamannya di belakang.

Kira-kira, untuk apa paman membeli potongan daging manusia? Iova bertanya-tanya dan mencoba menebak. Pamannya seorang profesor. Dia pasti sering--atau setidaknya pernah--menggunakan benda-benda aneh untuk penelitiannya. Akan tetapi, mengapa harus sampai menjadi "pelanggan"? Iova kembali mengedikan bahu. Untuk saat ini dia tidak ingin memikirkan itu.

Another Way to Destroy The WorldWhere stories live. Discover now