9. Eunah dan Sebuah Kisah

1K 193 23
                                    

Eunah tak pernah merasa sesenang ini. Dia terus menerus tersenyum dan menangguk-angguk selama mendengar Iova bercerita tentang tempat tinggalnya dan apa yang ia lakukan dalam kesehariannya. Eunah merasa kehidupan Iova sangat menarik karena Kota Bawah Tanah merupakan kota 24 jam. Sangat berbeda dengan tempat asalnya yang mengenal jam malam baik untuk lelaki atau perempuan, tua maupun muda, yang menurut Eunah sangat mengesalkan. Kehidupan yang dikekang adalah yang paling buruk. Kalau hidup di Kota Bawah Tanah jauh lebih bebas, lebih baik manusia tidak pernah kembali merasakan sinar matahari.

Anak itu membayangkan jika dia tinggal di sana mungkin dia akan seputih dan sepucat Iova, yang bisa disamakan dengan sesosok mayat. Atau sedingin kulit Tuan Wicked, yang gemar meminum minuman hangat.

Eunah teringat akan cerita sosok makhluk tak kasat mata atau orang-orang yang masih ada di sekitar setelah kematian. Bukankah Kaum Bawah memang seperti itu? Apabila mereka berkunjung ke Permukaan, pengandaiannya sama seperti manusia yang bangkit dari kubur--bawah tanah, tempat tinggal mereka.

"Kami tidak sebebas itu! Kota Bawah Tanah juga punya peraturan!" Iova membantah. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Mata violetnya enggan membalas pandangan Eunah. "Itulah tugasku sebagai pahlawan, menjaga ketertiban agar orang-orang tetap berada pada batasnya." Ada sedikit kepongahan dari cara bicaranya, tetapi Eunah tidak terlalu memikirkan itu.

Mata amber Eunah berkerlip karena cahaya yang menyorot tatkala Iova tak sengaja menyenggol sebuah lampu lantai di sebelah kursi yang didudukinya akibat terlalu bersemangat. Walau begitu, Eunah tetap mengangguk-angguk seolah paham, padahal dia masih belum mengerti dengan pahlawan yang dimaksud teman barunya. "Akan tetapi, apa Iova tidak berkeinginan pergi? Maksud Eunah, berapa banyak kota di bawah tanah sana?"

Iova tersenyum simpul, lantas menjawab, "Hanya satu." Eunah mengerjap-ngerjap bingung. "Kata pamanku, luas Kota Bawah Tanah sudah seperti itu sejak ratusan tahun lalu. Itulah mengapa jumlah penduduk sangat dibatasi." Iova menengadahkan kepala, memperhatikan langit-langit gua yang rendah. "Kami tak bisa pergi. Bukan hanya karena biaya ke permukaan itu teramat mahal, tetapi ada alasan lain juga." Nada suaranya getir.

Sesungguhnya, Eunah sadar kalau Iova tengah merasa sedih. Namun, ia tahu itu bukan urusannya. Jadi, dia langsung bertanya, "Apa alasan itu?"

Iova menatap Eunah dalam. "Aku tidak tahu pasti." Gadis itu menggeleng perlahan. "Sekalipun aku tahu, aku ragu bisa memberitahumu." Iova menghela napas panjang. Seakan ada sedikit beban yang pergi dari punggungnya. "Itu akan membuatku seperti pahlawan pengkhianat."

Ada keheningan panjang antara kedua gadis itu. Hanya gumaman Eunah yang mengisi kekosongan waktu sampai ia mengucapkan, "Sebenarnya, kenapa Kaum Atas tidak boleh ke Kota Bawah Tanah, sementara Kaum Bawah boleh ke Permukaan?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Eunah. Sanubarinya berkata bahwa Iova merupakan orang yang tepat untuk menjawab hal yang bergantung di pikirannya selama ini. Dia mungkin telah mengenal Tuan Wicked selama lebih kurang dua minggu, tetapi Eunah tak pernah mencoba untuk bertanya pada pria gempal itu. Semua karena sosok Tuan Wicked yang menurut Eunah agak misterius.

Iova menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia terlihat ragu untuk sesaat. "Aku tidak--"

Deham Tuan Wicked memutus kalimat Iova. Pria gempal itu masuk ke dalam ruangan dengan tiga cangkir teh hangat dan sepiring biskuit. Dahi Eunah mengerut melihat biskuit asimetris tersebut. Di sisi lain, mata Iova berbinar-binar. Dia terlihat sangat kelaparan--Eunah samar-samar mendengar suara keroncongan yang ia yakini bukan berasal perutnya. Pada akhirnya, Eunah hanya memperhatikan biskuit, yang entah mengapa membuat ia merinding tanpa alasan.

"Tak usah komentar." Perkataan Tuan Wicked membuat Eunah mengurungkan niat untuk bertanya. Padahal, mulutnya sudah siap terbuka. Dia penasaran terbuat dari apa kue ini karena Tuan Wicked tak pernah memberi Eunah hidangan bila datang berkunjung.

Another Way to Destroy The Worldحيث تعيش القصص. اكتشف الآن