11. Akai dan Perasaannya

1.2K 167 36
                                    

Apa sebutan untuk lolos dari hukuman hingga lebih dari tiga kali? Keberuntungan? Entahlah. Akai tidak pernah merasa beruntung. Dia seolah diperdaya. Seakan hal-hal buruk yang sengaja ia lakukan memang telah direncanakan oleh para penegak hukum dengan tidak adanya pelaksanaan penalti sebagai bayaran.

Mungkin, Akai adalah satu-satunya anak yang mempunyai banyak pelanggaran dan masih bertahan di penampungan pemerintah. Ini menyalahi aturan, tetapi hanya ada teguran untuknya. Penalti publik yang diterimanya kemarin pun pasti hanya berupa gertakan--walau mereka berkata bahwa hukuman itu ditunda. Seseorang atau sekelompok orang penting di Kota Bawah Tanah membutuhkan dia.

Akai memainkan obeng di tangannya sebelum menyangkutkannya pada tas pinggang yang ia kenakan. Cowok berambut merah itu tersenyum. Dia sedang bahagia. Otaknya berisi kumpulan ide tentang hal-hal yang harus ia lakukan selanjutnya. Dia harus tahu apa tujuan mereka. Akai harus mengusutnya secara tuntas.

Hal ini mungkin akan membawa dampak buruk padanya, terutama pada nama baiknya. Toh, Akai sudah dilabeli. Hendak diperbaiki pun tak akan membawa pengaruh. Menurut Akai, banyaknya kebaikan yang kauperbuat tak mampu menutupi satu kejahatan yang mungkin tak sengaja kaulakukan. Jadi, lebih baik sekalian jadi orang jahat saja.

Akan tetapi, sekarang bukan waktunya memikirkan itu. Dia harus bekerja. Walau tinggal di penampungan, bukan berarti Akai bebas dari biaya hidup. Dia butuh uang untuk bermain pusat permainan, membeli makanan-makanan enak, menuntaskan keingintahuannya, serta--yang paling penting--kebutuhan dewasa menurutnya.

Sayang, sejak keluar dari stadion kemarin, Akai ragu kalau hari ini ada pelanggan di tempat reparasinya. Jadi, sejak pagi hari ia hanya memainkan barang-barang elektronik lama. Memilih, melepas, memasang, persis seperti balita yang sedang bermain permainan bongkar pasang. Kendati demikian, tak tersirat kesedihan pada raut wajahnya.

Seperti itulah Akai. Pintar berakting. Tidak ada yang tahu persis apa yang tengah dipikirkan atau dirasakannya. Orang-orang mungkin menganggap dia anak lelaki kesepian yang sudah bosan hidup atau sebagainya. Akan tetapi, Akai mengandai bahwa dia adalah peran utama dan orang-orang di sekitarnya adalah peran pembantu menuju akhir bahagia yang akan ia dapatkan saat berumur delapan belas tahun kelak. Rencana utamanya akan segera dijalankan.

"Keluar dari sana, wahai penjahat!"

Akai tersentak. Dia sangat mengenal suara ini. Akai tak ingin pagi damainya diganggu oleh seekor lalat. Maka dari itu, si cowok berambut merah memutuskan untuk tidak peduli. Fokusnya hanya dicurahkan pada pemanggang rusak di hadapannya. Akai bertekad tak akan memberi sedikit pun perhatian pada gadis tergila dari Distrik Ankara, Iova Surahan. Itu berarti, Iova telah dikenal lebih dari seperempat penduduk Kota Bawah Tanah sebagai remaja yang masa kanak-kanaknya datang terlambat.

"Kalau kau tidak keluar, aku terpaksa memakai kekuatan pahlawanku!"

Akai memutar mata. Kekuatan pahlawan apanya, cibirnya dalam hati.

Dia mengambil kunci inggris di sebelah kanan meja kerjanya, kemudian melangkah perlahan menuju jendela. Sebisa mungkin Akai berusaha agar tak terlihat, baik dari pintu atau celah-celah gubuk reparasinya. Matanya melirik malas. Akan tetapi, melihat Iova datang bersama orang lain, gerak-gerik waspada muncul tanpa disadarinya. Akai memegang kunci inggris kuat-kuat.

Orang itu menggunakan jaket cokelat lumut kebesaran. Saking besarnya, kedua tangannya sampai tak terlihat. Bagian bawah jaketnya menutup hingga tepat di atas lutut. Akai bahkan ragu orang itu menggunakan celana atau rok pendek di dalamnya. Namun, dilihat dari leging--atau mungkin kaos kaki panjang--merah muda yang dikenakannya, Akai yakin sekali kalau orang itu adalah seorang wanita.

"Kenapa kau tak mengucapkan salam saja. Kan, pintunya terbuka. Kalau di Kota Yuza, pintu terbuka berarti pemilik rumah menerima tamu." Suara orang itu saat berucap membuktikan hipotesis Akai. Bahkan memberinya tambahan informasi, Dia memang cewek remaja.

Another Way to Destroy The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang