Prolog

10.6K 846 105
                                    

Ratusan tahun yang lalu, sebuah anomali terjadi di alam semesta. Garis edar bumi terhadap matahari bergeser sehingga membuat planet ini menjauh dari pusat tata suryanya. Suhu bumi turun drastis hingga di bawah 0° F. Seluruh permukaan bumi membeku, tak menyisakan satu pun tempat hangat. Ini bisa saja akhir dari dunia andai manusia tak menemukan cara untuk bertahan hidup.

Bawah tanah merupakan tempat yang hangat ketimbang permukaan karena lebih dekat dengan inti bumi. Manusia memanfaatkan ini dengan membuat tempat pengungsian di sana. Mereka mengatur suhu dan sirkulasi udara agar tetap nyaman untuk ditinggali, mencairkan air laut sebagai persediaan konsumsi mereka, menumbuhkan tanaman-tanaman dengan teknik bioteknologi dan hal-hal kreatif lain yang akan membuatmu semakin terkagum-kagum akan kegigihan serta kecerdasan spesies ini.

Waktu berlalu, tempat pengungsian pun berubah menjadi pusat peradaban. Kota Bawah Tanah tumbuh dan berkembang menjadi pokok kebutuhan manusia. Penduduk yang pada awalnya berjumlah ratusan jiwa pun bertambah hingga lebih sejuta jiwa. Generasi unggul diciptakan untuk membangun kota dan memberi penghidupan bagi anak-anak mereka. Tak ada yang serakah sebab semua tahu bahwa mereka senasib di tempat ini: sama-sama menghindari kematian akibat musim dingin.

Namun, tentu saja utopia ini pasti berakhir. Di usia Kota Bawah Tanah yang kesekian ratus tahun, sekelompok manusia yang penasaran dengan keadaan permukaan menyelinap keluar. Tercengangnya kelompok ini akan keadaan yang telah kembali layak untuk ditinggali membagi manusia dalam dua kubu, yaitu Kaum Atas dan Kaum Bawah.

Kaum Atas memilih kembali pada hakikat mereka untuk hidup di permukaan, sedangkan Kaum Bawah tetap bertahan di Kota Bawah Tanah karena takut fenomena yang sama terjadi. Walau begitu, perbedaan pendapat ini tetap diterima. Kaum Atas dan Kaum Bawah pun hidup berdampingan. Mereka saling melengkapi kebutuhan masing-masing. Kota Bawah Tanah dengan hasil pertambangannya, serta Permukaan dengan sumber daya alam hayati berupa tumbuhan dan hewan-hewannya.

Sayangnya, ada pihak yang mencium keganjilan. Hubungan indah itu pun mulai retak sedikit demi sedikit, hingga perselisihan tak dapat dihindari. Kedua kaum akhirnya menutup diri dan membuat perjanjian agar tidak ada yang mengunjungi satu sama lain kecuali dalam keadaan tertentu.

Akan tetapi, ada pihak ketiga yang memanfaatkan perpecahan Kaum Atas dan Kaum Bawah. Mereka bergerak di bawah bayangan dan kegelapan. Menghasut para petinggi secara tak kasat mata. Merekalah yang dikatakan sebagai Penghuni Bumi, kaum legenda yang keberadaannya hampir-hampir tak dipercayai oleh manusia. Apabila keberadaan mereka diketahui khalayak umum, mungkin bencana yang lebih besar daripada musim dingin akan terjadi.

Manusia membutuhkan cara yang bisa menyelamatkan mereka dari ancaman terselubung Penghuni Bumi. []

====================

Revisi 1# 25 Juni 2016

Revisi 2# 27 Juni 2016

Another Way to Destroy The WorldWhere stories live. Discover now