6. C&P

25.7K 1.4K 61
                                    

Bel istirahat berbunyi. Belum sempat Bu Asna menutup pelajaran, murid-murid duluan keluar mendahului Bu Asna. Sudah biasa bagi kelas kami yang terkenal akan kebobrokannya. Padahal Bu Asna mamak kami. Ya, beliau wali kelas kami.

"Oi, Ham, loe kagak ngantin?" tanya Radit pada Ilham.

"Kagak. Loe duluan aja!"

"Napa?"

"Perut gue sakit!"

"Oooh ... Kalian berdua juga nggak ngantin?" tunjuk Radit ke arah kami.

"Nggak. Kita berdua mau nabung, buat beli tiket konser Ed Sheeran yang bakal ke Jakarta bulan depan," sahut Celia.

"Setau gue. Bulan depan tuh, grup band Kuburan bakalan debut lagi dengan album sigle terbarunya," cerocos Radit ngasal.

"Pala Nenek lu debut," tandas Celia, "eh, Dit. Gue nitip dong."

"Apaan?"

"Nitip minum. Beliin Cola dua."

"Gue juga." Ilham menyelutuk, "beliin gue snack."

"Katanya loe sakit perut."

"Nanti juga sembuh!"

"Ogah. Loe beli sendiri sonoh."

"Sekali-kali napa!? Gue beneran nggak bisa jalan ini."

"Heleh, bilang aja loe takut ketemu Roy."

Ilham memasang wajah santai. "Suka bener loe kalau ngomong."

Tanpa basa-basi lagi. Radit melengas ke kantin. Tak berselang lama, Radit muncul dengan dua kantong plastik di tangannya. Ia berjalan terburu-buru menghampiri kami.

"Gawat broe. Gawat!" ucapnya panik.

Penasaran menunggu lanjutan Radit, kecuali Ilham. Dia terus saja mencomot kantong plastik yang di bawa Radit barusan.

"Ini tentang Roy."

Ilham berhenti merongoh plastik.

"Gue lihat Roy sama Genknya berdiri nggak jauh dari kelas kita. Mata mereka ngemantau ke sini, kayak nunggu orang gitu. Tadi aja pas gue masuk, mereka ngeliat gue tanpa berkedip. Tu mata beneran kayak patung dah, ngeri gue liatnya," jelas Radit.
"Kayaknya dia ngincar loe, Ham." Tambah Radit menakuti.

Takut namaku di bawa-bawa. Aku berpura-pura menyibukkan diri.

"Gigi loe kering. Tipu loe pasti!" sungut Ilham.

"Emang loe pernah nemuin gue nipu?" sesal Radit, "nggak percaya, loe lihat aja sendiri."

Dengan wanti-wanti. Ilham berjalan mendekat ke jendela. Saat tiba di jendela ia celingukan mencarinya, lalu secepat kilat, Ia berjongkok bersembunyi di bagian dinding bawah jendela.

Ilham kembali ke tempat semula. "Beneran ada," ucapnya melotot. "Masa mereka ngincar gue cuma gara-gara itu," sambungnya gelisah.

"Najwa ... Loe jangan diam aja. Bantuin gue, loe kan pacarnya."

Tuh kan apa aku bilang, pasti aku dibawa-bawa lagi.

Dengan sok tenang aku menjawab, "Ngak usah dipikirin. Nggak mungkin mereka ngincar kamu, kalo memang iya, ngapain coba mereka berdiri di sana, kenapa mereka nggak langsung ke sini aja!"

"Lah, iya juga. Kenapa mereka nggak ke sini? Toh, di sini nggak ada satpam, guru atau apapun yang nyegah mereka."


****


Mendengar penjelasan Bu Mus di depan kelas membuatku terkantuk-kantuk. Aku memalingkan kepalaku melihat jam dinding yang digantung di belakang. Setengah jam lagi pulang. Masih lama.

Cuek & PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang