49. C&P

11K 676 34
                                    

Kesimpulan yang pernah terambil...

Berpacaran dengan orang populer, pintar, kaya, merupakan hal luar biasa. Rasanya benar-benar menjadi perempuan beruntung sejagat raya.

Tapi taukah kalian? Di balik itu semua banyak hal tak menyenangkan yang pernah aku alami, dari mulai sifatnya yang terkesan cuek, sombong. Ditambah dengan teman-temannya yang tak menyukaiku. Tentu banyak perempuan lain yang merasa tak adil ketika mendapatiku yang beruntung.

Yah, aku pun tak mengerti.  Hal ini dapat dikatakan beruntung atau malah musibah.

Sekarang aku menyadari. Kepopuleran, kepintaran, kekayaan, ketampaan. Tidaklah dibutuhkan dalam status hubungan. Dulu, memang mengharapkan itu, tetapi begitu berjalannya waktu, hal yang aku butuhkan hanyalah kenyamanan.

Jika ada yang bertanya? Nyamankan aku berpacaran dengan Roy?

Tidak!

Itulah jawabannya. Walau begitu, aku perempuan yang cukup aneh. Sampai saat ini, tepat pada malam ini. Aku menerima ajakannya, dan kembali menjalani ritual pacaran dengan orang yang memiliki karakter di atas.

Bodoh!

Tidak, Aku bukan bodoh.

Aku hanya cewek yang memiliki hati lembek, dan gampang luluh dengan lontarkan kata-kata menyentuh batin.

Selebihnya.... Aku seseorang yang tak cepat berpindah hati pada orang lain.

***

"Akui aja ... Lo suka banget, kan sama gue." Setelah aku menyeretnya di taman dekat kolam renang. Roy berkata-kata.

Mulutku terkunci dengan masih tak terima jika dia mengumbar kata-katanya di tengah-tengah temanku, beserta kerumuman yang ada di dalam. Tentu akan membuat hal baru yang menjadi pembicaraan mulut ke mulut.

"Gue juga, kok." Roy berjalan dua langkah mendekat.

Aku membisu, dia melanjut. "Ngak usah malu-malu! Ngaku aja." Dia tersenyum tipis.

"Ayo kita mulai lagi dari awal ... Loe harus bantuin gue."

Sedikit ragu-ragu, aku bertanya. "Bantuin apa?"

"Banyak!" singkatnya.

"Bantuin kamu berubah."

"Hm, itu salah satunya."

Mataku menyipit," Yang lain?"

"Bantuin biar hati gue, dan hati loe tetap bersatu selamanya."

Tubuhku bergidik.

Dia sedang menggombal, atau bagaimana?

Tapi, kok aku biasa aja.


Mungkin karena kurang pantas ungkapin begituan.

Terlanjur dingin, sih.

"Ada yang aneh," desisku melihat ke atas, mendapati langit malam yang sedikit bertaburan bintang.

"Apanya?" tanya Roy penuh minat.

"Hm, suasananya agak lain.'' Kini pandangku terarah padanya.

"Ini bukan yang pertama. Loe tinggal jawab 'iya kita balikan' terus pelukan, selesai. Ngak usah tegang-tegang gitu."

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now