35. C&P

12.9K 801 79
                                    

"Girls, doa kita terkabul ... Akhirnya Roy sama Najwa putus."

"Sukurin .. Ngak banget, kan mereka. Roy cocoknya sama Naylis. Udah cantik, lawannya ganteng pula. Lah, kalo dibandingi sama sonoh, jauh banget... Ngak sanggup berkata-kata gue."

"Mungkin kalo dibanding sama upil Naylis, masih cantikan upilnya dari si itu."

"Haha bisa aja loe."

Begitu yang kudengar dari mulut ke mulut. Ternyata berpacaran dengan orang populer menyusahkan.

Sekalipun, sudah menjadi mantan.

Sedikit bermasalah, acapkali menjadi buah bibir masyarakat.

Semua itu resiko. Mampu tak mampu, aku harus menanggungnya. Tapi ada persoalan yang tidak aku sukai, yaitu membandingku dengan mereka.

Aku tau. Aku tidak sederajat dengan mereka, dan jika itu yang menjadi bahan pembicaraan.

Aku tidak suka!! Itu akan membuatku jadi orang yang rendah diri, dan menghilangkan kepercayaan diri.

Apa boleh buat. Lidah memang tak bertulang. Hal yang mesti kulakukan hanya bersabar.

Toh, semakin berjalannya waktu. Mereka menjadi bosan, dan melupakan semuanya.



***

Pergantian jam kedua. Roy yang akan mengajar. Terus saja membuatku malas dengan perasaan tak nyaman.


Detik-detik menunggu Roy, gelagatku lumayan tak tenang. Memprediksi kira-kira apa yang akan terjadi nanti.

"Loe pura-pura sakit aja kalo ngak." Ilham memutar badan kebelakang.

"Ide bagus ... Dari pada loe bertemu muka sama dia. Gak enak pasti." Celia menambahi, Radit yang ada di depannya mangut-mangut.

Aku terdiam, menimang-nimang usulan mereka.

"Emang boleh?" tanyaku.

"Duh, pakek ditanyain lagi. Ya boleh lah."

"Emm, gimana ya." Rautku meragukan.

"Ngak usah banyak mikir. Ayo gue anterin!".

Tangan Celia berhasil mengapit sebelah tanganku. Dikala aku hendak berdiri. Kami malah  membatalkan niatnya.

Tak lain, karena tiba-tiba. Roy sudah ada di ambang pintu. Dia berjalan ke meja guru, dan ditangannya ada beberapa kertas yang dibawa olehnya.

Seperti biasa, semuanya duduk tenang menunggu instrupsi dari Roy.

Sebelum memberi aba-aba. Roy menatap kami dari sudut sana sampai sudut sini, hingga sampai pada sudutku, dia tidak melihat lagi.

Mendapati dia seperti itu dengan logat yang biasa saja. Padahal selama ini aku tidak bisa tidur menangisinya sampai air mata terasa kering.

Aku mengumpat dalam hati.

'Haha ... Sialan kau Roy. Gara-gara kamu, aku kayak orang gila. Mau ngapain aja rasanya susah. Gak bisa makan lah, gak bisa tidur lah ... Halah basi, bodohnya kebangetan. Pokoknya sekarang aku ngak boleh gitu lagi."

"Di lembaran ini berisikan nilai yang kalian peroleh selama aku mengajar."

Ngak nanya!!

Saking kesalnya aku sama Roy.

"Nilainya aku serahin sama ketua."

Aku-aku, bukannya biasa kamu pake gue, ya!!

"Karna hari ini, hari terakhir gue masuk kelas kalian..."

Cuek & PendiamOn viuen les histories. Descobreix ara