31. C&P

15.6K 915 65
                                    

Enaknya bawa apa, ya!?

Bingung aku!

Ah, terserah deh. Bawa ini aja.

Setelah membeli kebutuhan.
Aku keluar dari mini market, menyetop sebuah angkutan umum, lalu bergegas ke tempat tujuan.

Tring tinining!!

Aku memasang telinga baik-baik. Ternyata bel rumah yang satu ini enak didengar. Membuatku sengaja menekan-nekan ulang.

Sambil tersenyum girang menekan bel yang rasanya merdu itu. Tuan rumah membukakan pintu dengan gurat wajah kesal, mungkin terkecoh gegara aku menekan bel tak karuan.

"Ngapain?"

Melihat Roy bersandar di daun pintu. Aku melebarkan senyum se-anggun mungkin.

"Mau jenguk kamu?"

"Hmm," jawabnya setengah hati.

"Jawabnya, kok gitu? Kamu ngak senang aku datang?"

"Bukan itu ... Gue udah ada di sini, tapi tangan loe ngapain masih sibuk nekan bel." Roy nampak kesal melihat tanganku.

"Oo hihi ... Habis suaranya lucu, sih," cengirku menekan bel beberapa kali lagi, lalu berhenti.

"Suaranya aneh ... Kepala gue sakit dengarnya."

"Oh, kamu ngak suka? Kalo ngak suka, kenapa ngak digan-" ucapku terputus dengan maksud mengganti. "Eh, ngak usah diganti deh. Soalnya aku suka."

"Loe mau masuk apa ngak?" acuh Roy, berjalan masuk ke dalam.

"Ma-maulah." Aku mengejar dari belakang. Menuju ke ruang tengah.

Di sana, aku masih mengikut dengan duduk di sampingnya, diatas sofa kulit.

Mengamati wajah Roy dari samping yang sedang menonton.

"Kamu udah ke rumah sakit?" tanyaku.

"Ngapain?"

"Wajah kamu, kan memar!! Parah pula tuh."

"Hmm."

"Udah diobatin belum?"

"Sejak kapan loe peduli sama gue?"

"Ini, kan lagi peduli."

"Hmm."

"Hmm mulu jawabnya," protesku.

"Kalau emang peduli. Cepetan obatin gue," titah Roy tak terelak.

Membisu beberapa saat. Sadar akanku tak berkutik, Roy memalingkan kepala.

"Kok diam?"

"Anu... Aku bingung cara ngobatinya gimana?"

Roy menatap sebal.





***




Setelah mendapat penjelasan tentang tata cara pengobatan dari Roy. Dia menyuruhku mengambil kotak P3K.

Langkah pertama. Dia menyuruh membalut es batu dengan selembar kain.

"Ini esnya di balut biar pas pegangnya mudah, ya? Ngak bakalan licin gitu," tanyaku seraya memasukan es batu ke dalam kain lap.

"Bukan ... Kalo esnya ditempel langsung di tempat bengkak rasanya sakit, terus bakalan timbul radang beku ringan."

"Oh gitu, ngak ngerti aku, ah," acuhku mendekat pada Roy.

Cuek & PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang