47. C&P

10.9K 652 44
                                    

"Jadi itu bokap loe?"

"Hm," dehemku di atas sepeda yang menyusuri taman, berjalan sejajar dengan sepeda Zidan.

"Loe ngak pa-pa ... Ngak bareng mereka?"

"Enggak," gelengku dengan tatapan lurus ke depan. "lagian mereka mau pulang."

"Liburan panjang gini, loe ngak kemana-mana, gitu?" tanya Zidan mengalihkan topik.

"Kayaknya ngak. Liburan gini pengen rebahan aja di kamar hehe."

"Dasar kaum rebahan!"

"Kamu sendiri ngak ke mana-mana?"

"Maunya, sih ke Aceh, rumah nenek, tapi jadwal manggung gue padat."

"Wah, kalian keren," pujiku dengan semangat.

"Kalian?? Ngak gue aja nih."

"Yah, kalo kamu solo boleh, deh..."

Ting!! Ting!!

Tetiba terdengar lonceng sepeda yang dibunyikan beberapa kali dari arah belakang, membuat kami memutar leher untuk melihat hal tersebut.

Ternyata ada Nenek, dan Kakek yang kelihatan sepuh, tapi cukup bugar sedang balapan sepeda.

"Woah!" Kami dibuat kagum oleh mereka.

"Pasangan terkece," tambah Zidan.

Tin!! Tin!! Tin!!

Tak tinggal di situ, nyatanya dibelakang berbunyi lagi lonceng yang cukup kacau kali ini dengan suara mulut yang dibuat-buat..

"Yeobo! Cepetan ... Kita ngak boleh kalah sama orang tua."

"Iya, beb. Udah cepat lho ini."

Terdengar teriakan pasangan pemilik lonceng alami itu. Mereka sedang bertanding dengan Nenek-Kakek yang tadi rupanya.

"Woy, kalen ngak punya kerjaan, apa?" teriak Zidan saat mereka melewati kami.

Salah satu dari mereka menoleh, "Anjis, kalian ada di sini ... Cepat oy kejar tuh Nenek."

"Duluan, yoo."

Melihat mereka yang semakin menjauh, "Kayaknya seru," ucap kami secara bersamaan tanpa sadar.

Tertawa sebentar, lalu mulai bergegas mengejar Celia, dan Adam.

***


Seorang cewek berambut panjang keemasan memencet tombol penghubung suara yang tersambung dengan pemilik rumah, letaknya di balik pintu pagar.

"Roy! Gue masuk, ya?"

"Apaan?" serangan balik dari pemilik rumah lewat penghubung suara.

"Biarin dulu masuk!"

Lalu, dengan ajaibnya. Pintu pagar yang menjulang tinggi itu otomatis terbuka.

***

Hosh!! Hosh!!

Hosh!! Hosh!!

Empat buah sepeda yang kami naiki berceceran di atas tanah. Sedang kami ngos-ngosan merebahkan badan di atas rumput, lalu di dekat kami ada Nenek-Kakek yang bertos ria tanda kemengangan.

Luar biasa, mereka tidak terlihat lelah secuil pun.

"Kita ... DIKALAHKAN!" teriak kami di ujung kepenatan.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now