11. C&P

19.9K 1K 11
                                    

Di sela menikmati pesanan masing-masing. Semuanya saling bercakap-cakap penuh canda dengan suara yang tak terkontrol.

Berbeda denganku yang hanya menjadi pendengar saja. Takut kalau aku angkat bicara, omonganku tidak nyambung dengan mereka, jadilah aku duduk diam mematung di tempat.

Inilah keadaan yang paling kubenci. Aku tidak suka menjadi pendengar saja, merasa sama sekali tidak dianggap. Jika posisinya sudah begini, aku selalu menyalahkan diri sendiri.

Aku memang tidak pandai bergaul dengan mereka yang baru kukenali, ditambah lagi dengan Jennie yang bersikap tak biasa terhadapku.

Entah, hanya perasaanku saja atau bukan, tapi aku yakin!! Jennie dan Mona yang duduk bersebelahan saling berbisik-bisik, menoleh ke arahku, berbisikan lagi sambil cekikikan pecicilan yang terus membuatku ingin mengolok-ngolok mereka hingga penyet.

Saking geramnya aku sama mereka!!

Aku tidak tau letak kesalahanku di mana sampai mereka berbisikan bak setan terkutuk terhadapku.

Mungkin mereka tidak suka aku bergabung dengan kelompok mereka. Ya, bisa jadi.

Andai kalian tau! dari awal, aku memang tidak berniat bergabung. Toh, Yang mengajakku ke sini Roy,
Bahkan aku tidak tau dia akan mengajakku ke sini. Kalau tau!! sudah pasti aku menolak dengan alasan terhandalku. Akan kutolak dengan cara baik-baik.

Di sebelahku ada Candy. Sedari tadi, dia asik berselfie ria dengan lolipop yang tak pernah absen dari mulutnya, tangannya bergerak ke kanan-kiri mengambil sisi gambar yang sesuai keinginannnya.

Tadinya sempat kuajak Candy ngobrol, tapi dia mengacuhiku. Dan, itu membuat dua manusia di depan menertawaiku karena diacuhi olehnya.
Mungkin itu lucu bagi mereka!!

Lelaki yang mengajakku tadi! Aku tidak tau dia sedang apa. Bangku panjang yang di duduki Roy persis sama denganku, dia di ujung sana aku diujung sini, di tengah-tengah ada beberapa temannya. Sehingga peluang bisa melihatnya sedikit terhalangi.

Bel istirahat yang selalu kuharpakan berlalu lama, berharap tidak akan ada bel lagi setelahnya. Tapi, kali ini aku berharap bel masuk akan segera berdering.

Aku benar-benar terasingkan di sini! Kapan aku bisa enyah dari tempat ini!?

Sambil menunggu bel masuk yang sangat lama itu. Aku memilih menonton televisi yang kebetulan digantung dekat sampingku --bukan samping yang ada Candy-- kuputar badanku menyamping sepenuhnya, biar semakin leluasa aku menontonnya.

Secara tiba-tiba kefokusan menontonku terganggu.

Loe sadar diri nggak, sih!?

Terdengar bisikan halus, tapi cukup ngilu menusuk telinga.

Loe itu jelek. Nggak pantas buat dia!

Aku memasang telinga baik-baik.

Mulai sekarang, loe nggak usah dekat-dekat sama dia. Pergi yang jauh sana! Kalau bisa sekalian pindah sekolah!

Sontak, aku menoleh. Dugaanku benar, ternyata bisikan itu bersumber dari Jennie.

Dia tersenyum licik ke arahku, kemudian kembali berbisik.

Kalo loe nggak nurutin apa yang gue bilang. Loe bakal ngerasain akibatnya.

Seketika jantungku berpacu tinggi. Liur pun susah kutelan bersama dengan kata-kata Jennie barusan.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now