37. C&P

12.3K 789 63
                                    

Setiap membuka mata di pagi hari. Aku selalu bertanya pada diri sendiri.

Kira-kira hal apa yang akan terjadi hari ini!?

Hal menyenangkan, atau malah sebaliknya.

Aku tidak pernah tau!!

Tapi yang namanya takdir, tetap akan datang dan akan terlalui bukan!

Yang perlu dilakukan hanya melewati dan menjalani dengan apa adanya.

***

Setiap hari ada saja berita yang dihebohkan. Padahal baru beberapa langkah memasuki area sekolah.


Tak terlalau jauh dari tempat mading. Aku berpapasan dengan Roy dan genknya. Kulihat Roy sedang memegang sebuah majalah dengan tangan kirinya. Sedang kawan-kawannya saling melongokan kepala melihat hal yang sama.

Mereka menyadari keberadaanku.

Hampir bersamaan, semuanya mengangkat kepala menelisik ke arahku. Sedang mataku tetap tertuju pada satu orang.

Tak lain, Roy.

Dengan tingkah mengesalkan. Roy melirikku dengan kilasan meremehkan, lalu melempar majalah yang dipegangnya ke dada kawan yang ada di sebelah. Temananya yang ternyata Raffi dengan sigap menyambut majalah itu.

Setelahnya, Roy beranjak meninggalkan tempat ini, diikuti oleh beberapa kawannya yang lain.

Tinggallah Aku, Raffi, dan Bastian.

Raffi menghampiriku dengan langsung memperlihatkan majalah.

"Widih, sekarang jadi model dadakan ya loe."

Tanda tanya bergelantung di kepalaku. Hilang saat mengetahui yang menjadi cover majalah itu adalah Aku, Indri dan Celia. Yang dibawahnya ada tulisan 'Darah Muda Jakarta'

Oke!!

Aku paham. Ini namanya majalah Remaja. Tapi yang timbul pertanyaannya. Kenapa yang jadi covernya kami?

Seingatku kami pernah mengambil foto candid yang di minta oleh seorang mahasiswa. Dan katanya tidak ada hubungan dengan majalah.

"Aku ngak tau apa-apa," ucapku asal. "Majalahnya buat aku aja, ya?" Aku merebut majalah itu dari tangan Raffi. Tanpa berkata-kata. Segera berlari menuju kelas.

Nyatanya di kelas berkali lipat lebih heboh.

"Ya ampyun ... Gue imut banget di sini. Cantiknya melebihi lalisa manoban, umach-umach." Celia tak henti-henti mencium majalah yang ternyata sudah lebih dulu diketahui mereka.

Indri memijat pelipisnya frustasi. Dia berdiri dari duduknya, menghampiriku dan merebut majalah yang lagi kupegang. Melemparnya ke atas meja.

"Malu-maluin amat, sumpah ... Udah mah coupelan ngak jelas, ditambah jadi cover majalah pula."

"Haduh, mau taruh di mana muka gue."

"Kita harus demo, Wa. Harus." Indri menggoyang-goyangkan bahuku.

"Ya ampun CIN. Cuma jadi cover majalah doang ribet amat." ledek Celia.

"Heh, loe mah iya. Tampang jual muka, gue mah ogah."

"Dasar kampungan ... Tuh majalah cuma berlaku seminggu paling lama sebulan. Apanya sih yang diributin. Heran gue."

"Pendapat loe gimana, Wa?" alih Indri padaku.

"Hmm, awalnya ngak nyaman, tapi mau gimana lagi ... Terima aja, toh di dalam majalahnya masih banyak anak sekolahan lain."

"Tuh, denger." Celia menambahi.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now