32. C&P

13.6K 747 19
                                    

Kurang dari dua menit, bell masuk berbunyi. Takut sampai telat masuk ke kelas dikarenakan ada PR (pekerjaan rumah) yang belum kukerjakan masih banyak,  sedang waktu buat mengemis jawaban pada yang berotak encer singkat. Aku mempercepat langkah.

Belum terlalu jauh berjalan. Radit berteriak, memanggilku.

"Heh, Wa tungguin." Aku memelankan langkah.

"Buru-buru amat loe," tambahnya setelah menyamai posisi denganku.

"Udah telat, dit."

"Santai aja, elah. Masih tinggal semenit lagi." Radit melihat jam di pergelangan tangannya.

"Iya deh iya. Kelas kita paling belakang, di pojokan lagi, gimana ngak buru-buru. Kamu, sih iya nakal."

Radit memang tipe anak nakal. Katanya jadi nakal itu menyenangkan asal berprestasi, istilahnya 'Nakal tapi bermutu'

"Tumben loe datang jam segini. Biasanya pembuka pintu gerbang," sungging radit.

"Angkotnya rese!"

Kedua alis Radit bertabrakan. "Angkotnya apa supirnya?"

"Dua-duanya sama."

"Coba kasih tau gue!"

"Angkotnya bau. Yang nyupir udah tau angkotnya begitu, malah nungguin penumpang lain."

"Yee, namanya juga nyari rezeki."

"Iya, sih. Tapi ngak begitu juga. Penumpang juga udah banyak lagi," jelasku.

"Kesel juga kalau itu gue ... Emang baunya gimana, wa? Gue kagak pernah naik angkot soalnya."

"Sok banget kamu," cibirku.

"Serius woy. Palingan cuma bemo doang yang pernah gue naik, kalo ngak ya damri."

"Tau lah, ya orang kaya ngak pernah naik angkot," sindirku membuat radit berdumel kesal.

Aku melanjuti perkataan. "Baunya kayak kentut, Dit. Pokoknya bau banget deh."

"Ooo, berarti bau kentut loe kayak angkot ya?" Radit bersiul kecil.

"Ya ngak lah," tandasku antara kesal dan sedikit malu

"Terus, kenapa bisa jadi kentut?"

"Iih, itu kan cuma istilah doang. Gimana, sih." Aku menyikut Radit.

"Hehe, ambigu nih yee ... Santai aja kali."

***




Sampai di depan kelas. Radit berjalan masuk mendahuluiku. Melihat Indri tertidur dengan menenggelamkan kepala dalam lekukan tangan yang dilipat diatas meja. Radit tak tanggung-tanggung mengganggu cewek tomboy itu dengan cara...

CTAK!!

Memelintir tali bra Indri hingga tali berkaret itu menyentil kulit punggungnya.

Cetar... Indri terbangun menegakkan badan dengan mata merahnya, sebelah tangannya jelalatan mengusap punggungnya yang mungkin perih.

"Wuanjer, saket banget," teriak Indri.

"Sorry." Radit menangkupkan kedua tangan di depan dada. "Gue sengaja ... Gue pikir loe ngak pake Beha."

"Awas, ya loe," tunjuk Indri, garang. "Gue tarik sempak loe dari barat sampe utara, gue lepas kuat-kuat biar anu loe kempes."

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now