12. C&P

19.4K 1.1K 35
                                    

Pengecut.

Aku ini pengecut!!

Hanya gara-gara kejadian tak menyenangkan di kantin. Aku rela bolos sekolah, rela berbohong, rela meninggalkan beberapa pelajaran yang harus kuikuti lagi.

Dan sekarang aku menyesal.

Aku merebahkan diri di atas sofa ruang tamu. Di rumah tidak ada siapa-siapa. Bunda masih bekerja, padahal sore nanti Bunda akan berangkat ke luar kota, tapi hari ini masih saja sibuk bekerja.

Kadang, aku kasian melihat Bunda yang bekerja keras setiap harinya, jarang di rumah demi anaknya, demi memenuhi keperluanku, demi pendidikanku.

Dan aku malah menyia-nyiakan usaha Bunda, buktinya dengan membolos hari ini.

Maafkan anakmu Bunda!!

Dulu, sebelum berpisah dengan Ayah. Bunda hanya mengurus rumah saja, tetapi sekarang....

Berbicara mengenai Ayah. Sudah lama aku tidak mengetahui kabarnya. Yang kutau, Ayah menikah lagi dengan wanita janda yang telah lebih dulu memiliki seorang anak--yang katanya--sebaya denganku.

Kalau ada yang bertanya, Bencikah aku dengan Ayah? Jawabannya tidak! Hanya saja, sedikit kecewa. Semenjak dirinya menikah lagi, ayah sangat jarang memberi kabar. Itulah yang membuatku kecewa padanya.





***



Kembali teringat sesuatu. Berkat kejadian pembolosan. Aku bertemu dengan teman baru. Dia lelaki manis berlesung pipi, namanya Zidan, nama panjangnya—Aku lihat di name tag bajunya— Teuku Muhammad Zidan. Orangnya ramah, murah senyum, intinya dia orang yang sangat baik.


Flasback

Setelah keluar dari ruang BK. Aku bingung harus bagaimana, antara bolos, minta izin ke Roy si wali kelas sementaraku, atau masuk kelas lagi.

Saat tengah menimang-nimang pilihan, seseorang bersuara...

"Hei, cewek yang berdiri di sana!"

Merasa hanya sendiri di sini, aku menoleh. "A aku," tunjukku ke diri sendiri.

"Iya elo ... Mau izin pulang juga, ya?"

"I iya," jawabku sedikit kaku.

"Kalo gitu sama. Sekalian aja pulang bareng!"

Sekilas, aku mengernyit sambil berpikir.

"Boleeeh, boleh banget," girangku tanpa memberitau bahwa aku tidak mendapat izin sebelum meminta ke wali kelas,

Bodo amat, ah. Inilah kesempatan untuk pulang.

Saat tiba di pos Satpam. Zidan menyerahkan kartu izin ke Pak satpam.

Kartu izin!?

Kartu izin!?

Aduuh, mati aku! Aku lupa kalau minta izin itu harus ada kartu pemberitahuan.

Kala giliranku. Zidan dan Pak satpam mengernyit melihatku yang tak kunjung menyerahkan kartu izin.

"Mana kartumu?" Pak Satpam menjulurkan tangannya.

"A anu, itu." Tanganku terangkat menggaruk-garuki dagu.

"Anu apa?! Kalau nggak ada kartu, nggak boleh keluar!" tambah Pak satpam, melotot.

Aku menunduk kikuk tanpa berani menatap satpam buas itu.

"Itu kartunya buat kami berdua, pak," seloroh Zidan dengan santai.

Cuek & PendiamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora