8. C&P

24.3K 1.2K 26
                                    

Baru sekitar dua jam terlelap. Dikejutkan oleh bunyi jam weker di atas nakas samping ranjang. Spontan, aku terbangun dengan terus terduduk tegak. Dengan gerakan penuh kecepatan, segera kumatikan jamnya. Tanganku mengusap-usap dada meredakan keterkejutan yang luar biasa terhadap bunyi jam itu.

Bukannya aku berlebihan atau mengindap phobia bunyi, bukan itu penyebabnya. Tetapi, karena bunyi jam weker itu yang amat teramat horror. Saat sedang asik-asiknya bermimpi, tiba-tiba dikejutkan oleh bunyi jam ajaib suara perempuan tertawa-tertiwi.

Di pastikan, bakal terus terbangun. Tanpa harus meraba-raba terlebih dulu jamnya, lalu mematikannya, seterusnya kembali tidur, mungkin sebagian ada yang langsung bangun dan ada yang langsung melempar jam itu dikarenakan telah mengganggu waktu tidurnya. Tapi, hal itu tidak akan berlaku bagi yang bunyi jamnya sehorror itu. Kecuali, tindakan melempar tadi.

Jam weker sialan!!

Padahal mataku baru saja terpejam. Semalam tidak dapat tidur, gegara memikirkan Roy yang katanya akan menjemput. Aku belum siap pergi sekolah barsamanya, harusnya senang di jemput pacar. kebalikan, malah merasa gelisah.

Sekilas kulihat jam.
Perasaan, aku tidak menghidupi jam wekernya. Lalu, siapa yang menghidupinya!? Tidak mungkin jamnya hidup sendiri. Kan, horror banget itu.

Kembali, retinaku menangkap secarik kertas di bawah tindihan jam itu. Kutarik kertas dan membacanya.

Najwa...
Hari ini bunda berangkat kerjanya lebih awal. Otomatis, kamu harus bangun lebih cepat supaya nggak telat. Buat sarapan sendiri, sekalian beberes.
Ingat, jangan tidur lagi!! Bunda sengaja beli jam weker yang bunyinya hihihi biar kamu langsung kebangun tanpa ada kata malas.

Aku tersenyum masam membaca note dari Bunda. Kuakui trik bunda membanguniku terbukti ampuh. Ada-ada saja memang, entah terpikir dari mana caranya. Jaman sekarang memang serba canggih jam yang dulu bunyinya kring kring sekarang menjadi hihihi.

Dengan berat hati, kutinggalkan tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi. Saat aku berjalan melintasi cermin. Aku menangkap pantulan bayanganku di sana. Kuamati pelan-pelan. Sepertinya ada yang berbeda....

Kepalaku besar sebelah.

'Besar sebelah'

Oo, aku ingat. Kejadian terjatuh kamarin membuat kepalaku terbentur, itulah penyebabnya.

Tanganku terangkat mengusap pelan tonjolan itu, lalu kukibaskan tanganku ke samping.

Masa bodo. Bonyok ya bonyok, entar juga kempes sendiri!

Beberapa menit kemudian.
Selesai bersiap-siap, aku menuju ke dapur untuk mengisi perut. Kuambil sekotak sereal kutuangkan ke dalam mangkuk, lalu ku isi dengan segelas susu putih.

Ting ... Tong ...

Suapanku terhenti kala mendengar pencetan bell. kutaruh sendok dalam mangkuk, dan menerka-nerka.

'Itu siapa? Jangan-jangan Roy lagi. Kalau beneran dia gimana!? Aku pura-pura nggak dengar aja kali, ya.'

Tanganku mulai dingin. Sudahlah, di buka saja dulu.

Aku lantas membuka pintu. Dan, benar saja, yang berdiri di depan sekarang Roy.

"Eh, ka kamu, Roy ... Kok perginya cepat sekali?" tanyaku gugup.

Roy menyingkiri tanganku yang memegang daun pintu, ia berjalan memasuki ke dalam. Tanpa menyahutiku.

Aku membuang napas sabar. Yahh, sepertinya aku mulai terbiasa dengan polah tingkahnya.

Cuek & PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang