40. C&P

15.4K 911 92
                                    

"DEMI APA!! Dia minta balikan?"

"Demi apa aja, deh."

"Serius, demi apa?"

"Demi roti sobek Adam."

"Dih, ABS pacar gue mah kempes, ngak enak diliat, tapi gue tetap napsu, sih. Habis cintrong."

Sedikit menyinggung. Topik langsung keluar. Aku memutar mata malas mendapati Celia yang awalnya syok, malah kocar-kacir tak jelas.

Di waktu matahari sepenggalahan naik. Di tanggal merah, otomatis libur. Aku dan Ilham bertamu ke rumah Celia.

Ilham?? Tumben...

Soalnya teman yang lain, entah sok sibuk atau memang sibuk, hingga tak bisa diajak main.

Tujuan kemari, salah satu untuk menjenguk Celia yang katanya keseloe. Dilihat-lihat, memang kakinya rada membengkak.

"Terus, loe mau?"

"Menurut kamu?" lontarku sumringah. Celia menatap lamat-lamat.

"Pasti loe iyain ... Kan, loe cinta mati sama dia."

"Iyain aja, deh." ungkapku memancing.

"APA ... Dasar bengak." Benar saja, Celia merutuk. Dan aku siap mendengar ocehannya.

"Diputusin gitu doang, minta balikan gitu doang. Loe malah iyaiya aja, gimana sih."

"Namanya juga cintrong," ucapku tersenyum miring.

Celia menatap sebal.
Mulutnya semakin lebar saat Ilham bersuara.

"Cel, gue haus..."

"Loe juga. Cal Cel, Cal Cel ... Orang tua lagi ngomong, main nyelonong aja."

"Orang hutan mah iya." Ilham geleng-geleng.

"Apa..."

"Etdah, emosian aja kerjaan loe. Gue cuma bilang haus tok."

"Lagi PMS, ham," balasku.

"Masa PMS tiap hari."

Celia menarik napas. "Hm, kalo haus ambil sendiri di dapur." Celia melembut.

"Ada cemilannya kagak?"

"Kalo ada loe ambil, kalo ngak ya ngak usah."

Ilham pun berlalu menuju dapur. Rumahnya saat itu memang sepi, hanya ada Celia dan adiknya, sedang adiknya mageran di kamar.

"Jadi, kalian udah resmi, nih?"

"Belum lagi ... Aku tuh bingung, Cel."

"Bingung kenapa?"

"Bingung aja. Perasaan aku kayak terombang-ambing ngak jelas."

"Ya, gue paham kok. Saat loe mulai lupain Roy, malah tiba-tiba datang lagi."

"Aku harus gimana?"

"Loe masih suka sama Roy?"

Sebelum menjawab, aku berpikir sejenak. "Kalo dibilang suka, sih masih. Dan kalo dibilang ngak, ya ngak terlalu lagi."

"Zidan gimana?" lontar Ilham yang muncul tiba-tiba. Tangannya penuh menenteng makanan.

"Gini, ya wa." Ilham mendudukkan diri. "Cowok yang mudah ungkapin kata putus bukan cowok yang baik. Kalo kalian berumah tangga nanti, dia bakal mudah ungkapin kata cerai."

"Jadi, saran gue. Loe harus pikir baik-baik. Pilih salah satu antara dua yang paling menyentuh."

Ilham menyeruput minuman soda. Menyadari kami masih menatapnya, Ilham dengan semangat menambah.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now