10. C&P

21.8K 1.1K 16
                                    

Giliran kelompok lima maju, lumayan menguras waktu dengan sesi tanya-jawab yang tak kunjung-kunjung kelar. Paling banyak bertanya dan berdebat hanya Ilham, entah sudah berapa banyak pertanyaan yang dia lontarkan.

Gara-gara Ilham banya bertanya, raut muka kelompok lima pun berubah kesal.

Aku saja kesal, apalagi mereka!!
Harusnya aku senang, banyak yang bertanya di kelompokku, pastinya nilaiku juga ikut bertambah. Tetapi, mengingat banyak pasang mata menjurus ke sini, terus membuatku tak nyaman. Padahal prioritas saat ini bukan aku, melainkan Ilham yang sedang berdiri dengan mulutnya mengoceh panjang lebar.

Sebenarnya, bukan pandangan anak kelas yang membuatku tak nyaman, melainkan pandangan Roy yang tertuju ke kelompokku membuatku risih.

Dia memang tidak melihatku. Tetapi, karena dia melihat ke sini, tentu saja membuat mataku tak bisa terdiam mencuri-curi pandang ke arahnya

Semenjak insiden perobekan kertas karton yang susah-susah kuringkas tadi, perasaanku terhadapnya mengacau.

***

Bertepatan dengan penutupan kelompok lima, Bell istirahat berbunyi.

Pemandangan yang cukup jarang kutemukan. Biasanya, anak kelas mendengar seruan bell yang menggema itu, terus saja heboh, tergopoh-gopoh berhamburan keluar dari kelas.

Namun, kali ini berbeda. Tidak ada seorangpun yang bergerak, mereka terlihat santai-santai saja, seolah-olah bel masih lama memanggil.

Begitulah, semenjak Roy menggantikan Bu Asna. Suasana kelasku berubah drastis, padahal yang menggantikannya sama seperti mereka, sama-sama murid di sekolah ini.

"Kalian nggak keluar?" tanya Roy, memecah.

"Kalian langsung keluar sana! Nggak usah nungguin gue. Kelakuan kalian itu memang terus keluar, kan?" ujarnya enteng, namun cukup menusuk.

Tidak ada yang menyahut maupun bergerak. Semuanya terbungkam kaku.

"Mau sampai kapan diam-diam begini... Cepat keluar!"

Suasana di luar kelas sudah cukup bising, berbeda dengan kelasku yang masih adem piyem. Bahkan murid-murid yang melewati lorong kelas kami menoreh perhatiannya kemari, sampai ke ujung penghabisan kelaspun, kepala mereka tetap berputar mengarah ke dalam sini.

"Oooh, jadi nggak ada yang keluar?? Kalau memang nggak ada, mulai hari ini sampai seterusnya, kalian nggak boleh istirahat sama sekali."

Mendengar penuturan kali ini. Sontak, Denis si penyandang julukan 'Raja Kantin' terus bangkit dan segera beranjak keluar.

Denis memang memiliki hobby makan, selera makannya cukup tinggi. Kurasa semuanya dia makan, dan anehnya itu badannya tetap luar biasa kerempeng.

Setelah Denis keluar. Seluruh anak kelas mulai menyusulnya, hingga di kelas hanya menyisakan kami berlima, eh salah, berenam dengan Roy.

Kami sebagai murid yang rada-rada patuh, tidak akan keluar sebelum guru pengajarnya keluar terlebih dahulu, termasuk juga dengan Roy. Sebenarnya Indri dan Radit tidak sepatuh kami, cuma karena mereka berada di bagian kami, mau tak mau mereka harus ikut.

Merasa tidak ada tanda-tanda dari Roy yang berniat keluar. Kami memutuskan untuk duluan saja.

Aku berjalan di tengah-tengah... Ilham dan Celia di depanku, sementara di belakangku Radit dan Indri.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now