21. C&P

15.6K 915 29
                                    

Bell istirahat menjerit sampai ke seluk-beluk sekolah. Murid-murid segera berhijrah ke kantin, kecuali Najwa.

Mungkin aku juga akan ke sana, tapi setelah yang satu ini...

Letak kelas Roy di lantai dua paling ujung. Aku berjalan kesana. Sepanjang perjalanan tatapanku lurus, tanpa berniat menengok sana-sini.

Sampai tiba tepat di depan kelasnya. Aku ragu memasuki kelas itu, bahkan hampir membatalkan untuk memasukinya.

Salah satu penyebabnya karena pintu itu tertutup rapat. Walau suara riuh terdengar jelas dari dalam, tapi aku ini siapa!? Hanya anak kelas rendahan yang jauh dari bagian mereka si anak kelas unggulan.

Lama ... terbilang lumayan lama Aku berdiri disini, seperti anak kambing yang tercecer.

Dengan otak menghitung-hitung. Masuk, nggak, masuk, ngak. Hingga berulang-ulang kali sampai terhenti dikarenakan seseorang membuka pintu itu.

Seseorang itu menunjuk-nunjuki mukaku sambil berkata.

"Loe, loe siapa ya? Macam pernah nampak, tapi dimana!" terka dia.

Aku hanya tersenyum.
Yaa yaa, aku sadar. Aku bukan orang yang terkenal dan mudah dikenali. Padahal aku tau orang ini siapa... Dia Raffi, teman gabungan Roy, dan kami pernah saling bertemu.

"Aah, gue ingat ... Loe rupanya, pasti nyari si onoh, kan?" ucapnya dengan lirikan dagu diarahkan ke dalam kelas.

"Ayo masuk, si anu loe ada di dalam." Raffi berbalik arah menuju kelas dengan tangannya melambai, isyarat menyuruhku masuk.

Aku menanggapinya dengan senang hati.

Suasana riuh yang sedari tadi memenuhi kelas ini. Reda seketika, kala aku memasuki kelas ini. Semuanya lantas memandangku dengan berbagai macam tatapan. Ini memang pertama kalinya aku memasuki kelas ini, rasa canggung tentu menyelimutiku, tapi aku tidak peduli, ada hal yang lebih penting dari pada itu semua.

Tak lain, mataku tepat menangkap sosok yang sedang kucari.

Dia duduk di bangku deretan tengah dan sedang menulis, disamping kanannya ada Seseorang yang membuatku risih telah berpacaran dengan Roy.

Dia Jennie.

Duduk berdempetan dengan pacarku, bahkan sebelah lengan cewek itu lengket di lengan Roy. Aku yakin, pasti sebelah puncak yang tidak dimiliki anak cowok itu, bersandar tanpa rasa malu disana (cukup ngerti aja, nggak usah jelas-jelas kali.)

Menjijikkan...

Dasar cewek gatal!!

Ah, menurutku keduanya sama-sama gatal. Toh, Roy kenapa coba nggak ngehindar!?

Membuatku terbakar api cemburu, dadaku sesak dibuatnya. Ingin ku enyah sekarang juga dari tempat terkutuk ini, tapi sudah terlanjur berada disini.

Langkah demi langkah terus mendekat pada mereka. Mereka masih tetap tak sadar.

Suasana disini kembali seperti biasa, walau masih ada beberapa pasang mata yang kepo.

"Hoyea Men. Lihat siapa yang datang!"

Tanpa beralih dari menulis. Roy menyahut, "Siapa?"

Sebelum itu, Jennie sudah lebih dahulu melihatku dengan tatapan seperti biasa 'Nggak suka' yang menyiratkan pengganggu.

"Dia ... Orang yang diciptakan dari tulang rusuk loe," bisik Raffi, keras sambil menyengir.

Dengan gerakan terpaksa. Roy menengadah.

"Oh, loe. Ada perlu apa?"

Aku tidak minat mengubris, dengan alasan masih kesal atas perbuat Jennie yang semakin meraja lela. Dia tambah sengaja mempererat dempetan pada Roy, didepanku.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now