53. C&P

12.8K 630 65
                                    

Terasa asing, setelah sekian lama tak menginjakan kaki di gedung sekolah. Banyak wajah-wajah baru yang baru kutemui hari ini. Mereka berbeda satu tingkat di bawahku.

Begitulah, melewati setahun di kelas satu dan besok akan menyandang posisi di kelas dua.

Kenapa besok?

Jatah masuk sekolah bukan hari ini, melainkan besok. Sedangkan hari ini ada penutupan MOS bagi siswa-siswi baru.

Hanya karena memiliki satu-dua keperluan yang mesti diurus, hingga mewajibkanku ada di sini ditemani oleh Roy.

"Tanya aja, kalo ngak tau!" ucapku, sepintas menoleh ke samping, lalu menoreh pengamatan ke arah lapangan.

Posisi kami berada di kursi besi yang berjejeran beberapa buah di dekat lapangan.

"Hm," balasnya berdehem saja. Seolah tidak mau diganggu. Padahal yang memiliki keperluan bukan dia, tetapi yang sibuk bukan aku. Aku santai-santai saja, saking santainya cuma bisa mengayun kaki ke depan-belakang, sekali-kali menoleh ke arah Roy yang sibuk mengisi beberapa biodata untuk pendaftaran siswa yang berminat melanjutkan study ke luar negeri.

Dia telah mendaftar tahun lalu. Tahun ini giliranku. Banyak pertanyaan yang tak terlalu kumengerti, mumpung lelaki ini sudah memiliki pengalaman. Biarlah dia semua yang mengisi biodatanya.

Ajaibnya, dia tidak menanyakan apapun padaku. Benarkah dia mengetahui semua profilku.

Diam-diam, mataku jelalatan melihat apa saja yang telah di isinya.

Golongan darah B
Tinggi badan 157cm
Berat badan 40kg

"Rrr, tau dari mana, sih?" Aku menatapnya serius.

"Ngasal."

"Ngasal tapi bener?" Roy mengangkat bahu.

"Tau dari mana coba?"

"Profile sekolah!"

"Ngomong apa, si?" Berpikir sejenak. "Ooh, jadi selama ini kamu cari tau tentang aku?"

"Selama ini?" Dia mengulangi kalimatku. "Udah lama, tuh."

"Dasar stalker!"

"Bangga, kan loe?"

"Kenapa gitu?"

"Ditaksir cowok keren sejagat raya.'' Dengan santai, dia berkata.

"Enak aja ... Ngak tuh."

"Hmm!" Roy menegakkan kepalanya. Menaikkan alis, matanya ikut-ikutan naik, diiringi dengan senyum licik.

Keringat dingin timbul jadinya dipandang seperti itu, hingga kujawab, "Iyain aja."

Dia tersenyum lebar, lalu melanjuti mengisi biodata.

Toh, jawabannya memang bener 'iya'.
Iya, pada awalnya, kenapa aku bisa kepicut sama dia, kenapa aku bisa suka sama dia?

Jawaban, karna dia ganteng.

Jangan munafik! Hampir dari seluruh manusia, hal pertama yang dilihat pasti fisiknya setelah itu baru sifatnya.

Walaupun benar, cantik itu relatif, berarti jelek itu mutlak.

Pikiranku sedang meracau, malah diganggu pemandangan seru yang ada di lapangan. Tidak tau sedang terjadi apa. Intinya lapangan yang sedang digunakan ketua osis, dan panitia dalam mengurusi MOS sangat menarik perhatian.

"Kenapa?"

Sadar akan mulutku terkekeh. Aku mendatarkan bibir, tanpa menjawab. Membuat lelaki disamping mengikuti arah mataku.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now