22. C&P

15.9K 911 63
                                    

"Ngapain di belakang? Loe mau jadiin gue supir!?"

"Nggak, kok. Ini, kan mobil kamu."

"Nah, itu tau. Cepat pindah."

"Pindah kemana?"

"Dunia bakal buncit kalau ada sepuluh cewek kayak loe lagi!"

"Ke depan, ya? Hehe. Enakan di belakang, Roy. Bisa tiduran."

"Di depan juga bisa."

"Tapi ngak bisa rebahan!"

"Awaa..." panggil Roy lembut, tapi cukup menakutkan.

Takut di telan bulat-bulat olehnya. Aku segera turun dan pindah ke depan.

Di dalam perjalanan. Aku teringat sesuatu...

"Oiya. Ini ada surat dari anak kelas aku. Katanya fans berat sama kamu," sodorku pada Roy.

Ia melihat sekilas surat yang kusodori, lalu berkata.

"Malu-maluin. Jaman sekarang masih pakek surat. Buang sana!"

"Kalau lewat sosmed, pasti kamunya ngak bakal peduli."

"Bacot ngak usah banyak. Tugas loe sekarang cepat buang itu kertas."

"Hargai sedi--"

"Ini perintah."

Aku membantah.
Kutarik kembali tanganku yang sempat terjulur untuk memberikan surat padanya. Kemudian, aku membuka dan membaca surat itu.

Kata per kata aku amati dengan saksama hingga sampai pada satu kalimat yang membuat bibirku tertarik ke atas. Dan, itu mengundang alihan Roy yang sibuk menyetir.

Ia mengamatiku dengan keheranan. Lalu, tanpa kusadari Roy menarik kertas berwarna orange itu dari tanganku. Meremas dan melemparnya keluar jendela.

"Gue bilang buang ya buang."

Aku menunduk.
Tidak ingin beradu mata dengannya. Takut jika menatapnya, aku yang bakal dilempar keluar olehnya.

Setelah terdiam cukup lama di perjalanan. Sedangkan jalan yang di lalui tak sampai-sampai ke tempat tujuan. Aku mencoba bersuara lagi.

Cukup kuakui sekarang. Aku tidak sependiam yang dulu terhadap Roy ... Entahlah, dapat keberanian dari mana.

"Hari ini belajar apa, Roy?"

"Nggak ada," singkatnya.

"Berarti langsung pulang dong. Iya, kan?" tanyaku merekah sambil memiringkan kepala melihatnya yang tengah menyetir.

"Ngak juga."

Aku kebingungan. "Terus."

Percakapan antara kami berakhir, dengan karena Roy mengacuhiku. Dan, itu hal yang sudah biasa aku alami.

Sampai beberapa menit lamanya. Mobil Roy berhenti di sebuah bangunan elegan yang bercat Cream pudar. Ku tak tau ini bangunan apa ... Di bilang Restoran, bukan. Toko buku, lebih bukan. Toko baju (geleng-geleng.) kalau Aksesoris, bisa jadi. Yang pasti aku tidak bisa menebak. Biarlah terjawab setelah aku masuk ke dalam.

Seperti yang kukatakan. Jawaban akan terjawab setelah aku memasuki tempat ini .. Aku sudah duduk manis di dalam dengan kepala sibuk berputar kesana-kemari melihat cantiknya desaint bangunan ini.

Ngak terlalu menelisik juga, takut di bilang katro.

Namun, hasilnya nihil. Aku sama sekali tidak tau ini bangunan apa. Ingin kutanyakan pada Roy yang duduk disampingku, tapi bawaannya antara malas dan segan.

Cuek & PendiamWhere stories live. Discover now