DEONTARA| [ 5. Cobaan Apa lagi]

156 36 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

5. Cobaan Apa Lagi

Sebuah taksi berhenti tepat di depan pekarangan rumah sakit tempatnya mama dan papanya di rawat. Dara keluar dari dalam taksi. Bersamaan dengan itu, ia melihat dokter Alan berjalan menghampirinya yang baru saja tiba.

"Hei, selamat malam!" Sapanya dengan menyunggingkan senyum di wajahnya.

"Selamat malam dok!" Balas santai Dara menatap dokter Alan.

"Gimana kabarnya?" Tanyanya lagi, tetapi kali ini dokter itu menanyakan kabar tentangnya.

Dara menoleh ke arah dokter Alan yang sejak tadi menatapnya tanpa teralih kan."Seperti yang dokter lihat," jawaban Dara mampu membuat dokter Alan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dokter Alan tak menyangka ada seorang gadis sedingin ini padanya, padahal dia hanya berusaha mengenal Dara lebih dekat lagi. Apalagi melihat keteguhan Dara yang baru saja mengalami keadaan pelik setelah kedua orang tuanya kecelakaan, membuat Alan merasa takjub pada Dara saat menghadapi masa tersulit di dalam hidupnya sendirian.

"Kemarin malam Dokter Zoni menunggu kedatanganmu untuk menjelaskan hasil observasi kedua orang tua mu." Dara menoleh langsung saat dokter Alan mengatakan hal itu.

"Apa yang di katakan dokter Zoni tentang keadaan mama dan papa?" Tanya Dara menatap dokter Alan yang saat ini sudah berjalan mendahuluinya.

Dokter Alan mengedikan bahunya, bahwa dia sendiri tak tahu hasil observasi itu."Aku nggak tahu pasti! Tapi dari cara mereka diskusi tentang hasil itu bersama dokter ahli bedah... Kemungkinan ada tindakan operasi yang harus di lakukan," balasnya."Dan pastinya akan memakan biaya cukup banyak, mengingat dua orang yang harus di operasi," lanjutnya menatap Dara yang saat ini merasa sedang di landa kepanikan.

"Kenapa?" Tanyanya saat melihat kebungkaman Dara saat ini.

"Kalau hal itu yang terbaik buat keadaan mama dan papa... Nggak apa aku rela mencari biaya operasi itu,"balas Dara mantap, hal itu mampu membuat dokter Alan tersenyum takjub.

Jemarinya menepuk pundak Dara."Aku benar-benar takjub dengan kegigihan dan keberanian mu demi kesembuhan kedua orang tua mu, aku rasa mereka sangat beruntung memiliki putri seperti dirimu," ucap dokter Alan takjub.

"Kalau bukan aku siapa lagi dok?" Dokter Alan terkekeh mengiyakan apa yang di katakan Dara padanya."Terima kasih informasi yang dokter berikan kepada ku, nanti aku akan menemui dokter Zoni untuk memastikan hal itu," lanjutnya yang di beri anggukan oleh dokter Alan.

"Kalau begitu aku pamit pergi ke ruangan mama dan papa," pamit Dara setalah tak ada lagi perbincangan di antara mereka berdua.

Setelah mendapat persetujuan dokter Alan, Dara langsung pergi meninggalkan dokter Alan untuk menengok keadaan mama dan papa.

Dara tersenyum lega saat tak lagi mendapati beberapa kabel yang menempel di tubuh kedua orang tuanya. Semoga dengan itu keadaan mereka berdua lekas membaik dan bisa di rawat di ruangan biasa saja.

Saat Dara ingin duduk di kursi untuk menatap kedua orang tuanya lebih lama lagi, karena kemarin dia tak sempat melihat keadaan mereka karena ada suatu hal yang rumit dan tak bisa di selesaikan begitu saja . Suara ponselnya berdering, Dara menghembuskan nafas kesalnya saat mengetahui siapakah sosok yang menelponnya malam ini.

"Halo pak..."

"Saya butuh bantuanmu sekarang juga!"

Dara menghela nafasnya pelan berusaha menetralkan keadaan saat ini. Belum selesai ia menyapa pria itu, namun suara tegas tak terbantahkan langsung terdengar di telinganya.

DEORANTAWhere stories live. Discover now