DEONTARA| [8. Kenangan Itu]

150 32 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen

8. Kenangan Itu

Suara bunyi peralatan yang berada di dapur saling beriringan di pagi buta. Aroma masakan yang saat ini sedang berada di wajan penggorengan kini menebarkan bau lezat yang sangat menggoda oleh penghuni rumah yang saat ini masih terlelap dalam tidurnya.

Saat itu juga kedua mata Deo langsung mengerjap pelan saat indera penciumannya tak sengaja mencium bau masakan yang menggugah seleranya di ikuti dengan bunyi perutnya yang merasa lapar mulai menghampirinya. Pasalnya sejak kemarin siang dia tak begitu merespon isi perutnya dan lebih mementingkan dunia pekerjaannya dengan dunia malamnya yang tak bisa tergantikan olehnya. Baginya semangat kerjanya datang setelah semua nafsu di dalam tubuhnya tersalurkan dengan cepat.

Sebelah tangan Deo mencari-cari benda pipih yang berada tak jauh dari meja nakas samping tempat tidurnya."Masih jam 4 pagi?" Tapi kenapa perutnya sekeroncongan ini, batin Deo meraba perutnya.

Pria itu langsung bangkit dari tempat tidurnya dan beranjak pergi ke dapur  tanpa membasuh muka untuk menyadarkan semua kesadarannya saat ini.

Dan benar saja, bau masakan semakin terasa kuat saat langkahnya sudah berada di ruang tengah dekat dapur. Tumben mama jam segini masak. Pikiran Deo tak habis pikir dengan kelakuan mamanya yang sangat jarang terjadi seumur hidupnya, pasalnya mamanya ini gak begitu suka memasak dan lebih suka menyuruh asisten rumah tangga yang memenuhi kebutuhan keluarganya saat ia masih tinggal serumah dengan mereka. Tetapi kenapa pagi ini mama memasak.

Tanpa pikir panjang lagi, Deo langsung bergerak mendekat ke arah dapur.

Dan ia begitu terkejut saat mendapati Dara lah yang saat ini berkutat di dapur rumahnya di pagi buta ini. Deo semakin bingung, bukankah tadi malam dara pulang di antara oleh pak Sapto! Tapi kenapa pagi ini di jam 4 dia sudah ada di dalam rumahnya, apa dia nggak pulang kemarin malam?

Deo semakin bertanya-tanya dalam lubuk hatinya, tetapi saat Dara mendapatinya berada di belakangnya membuat Deo mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut.

"Tumben pagi sekali kamu berada di sini?" tanya Deo mendekat ke arah masakan Dara yang berada di samping gadis itu karena masih belum sempat menatanya di meja makan.

Terdengar kekehan kecil yang terasa begitu merdu di telinganya."Maaf pak, saya hari ini hanya bisa membantu bapak di pagi ini saja... Karena nanti banyak acara yang harus saya kerjak..."

"Jangan panggil pak dan ku harap kamu bisa bersikap biasa saja saat bersamaku....," Deo menjeda ucapannya dengan kerlingan di matanya yang terlihat begitu menakutkan bagi Dara saat ini."Atau, aku akan menciu..."

"Tidak dan ku harap tadi malam itu adalah kejadian pertama dan terakhir kalinya... Dan aku tak ingin hal itu terjadi lagi dalam hidupku bersama bap..."

Saat itu juga Deo berjalan mendekat ke arah Dara dengan senyuman yang terlihat begitu menakutkan."Maafin aku.. aku janji setelah ini aku bisa bersikap biasa saja sama kamu," jelas Dara dengan suara terbata, ia tak begitu terbiasa dengan keadaan ini, jadi, mau tak mau dia harus bisa bersikap biasa saja saat bersama Deo pria yang sangat aneh baginya.

"Masak apa?" Tanya Deo berusaha memecah keheningan setelah perdebatan panjang mereka.

Dara melihat satu per satu masakan yang beberapa sudah terhidang di meja makan."Emmm, pagi ini aku masak nasi goreng bersama ayam goreng, aku tahu tadi malam kkkamu belum makan malam, jadi, tadi saat aku ke sini mampir sebentar ke pasar beli ayam untuk di goreng,"jelas Dara yang masih berusaha bersikap seperti permintaan Deo.

"Kayaknya enak," gumamnya menatap ayam goreng yang berada di piring depan dara saat ini."Apa aku boleh mencicipinya?" Kali ini Deo bertanya untuk mencicipi ayam goreng buatan Dara yang terlihat begitu menggoda untuk segera di santap.

DEORANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang