DEORANTA | [ 12. Seluk Beluk Deo]

110 30 4
                                    

Happy reading 🥰🥰

12. Seluk-beluk Deo

Dara menatap nanar pamflet perusahaan milik Deo yang tercetak jelas di dinding kantor itu. Dia bingung apa yang harus dilakukannya saat ini, apalagi tadi Tante Reni memohon-mohon kepadanya, bahkan wanita paruh baya itu rela bersimpuh di hadapannya hanya karena untuk bisa membantu Deo berubah menjadi pria normal pada umumnya yang hanya mencintai satu wanita dalam hidupnya.

Meski dia tak begitu yakin bisa melakukan semua permintaan Tante reni, tetapi tawaran yang di berikan Tante Reni terdengar begitu menggiurkan untuk kembali mendapatkan semua harta keluarganya yang dulu hilang begitu saja lalu akan kembali sebelum mama dan papa sadar dalam tidur panjangnya.

"Mbak dara ngapain berdiri di sini?" Tanya heran Agnes sekretaris Deo yang saat ini mendapati dirinya berdiri mematung di lobi perusahaan.

Dara tersenyum kikuk ke arah Agnes, ada rasa malu dan shock secara bersamaan saat Agnes memergokinya di depan kantor Deo.

"Hmmm! Itu saya mau bertemu sama pak Deo sekarang?" Balasnya sedikit terbata, tetapi dara berusaha di buat setenang mungkin, karena tak ingi Agnes mengetahui rasa terkejutnya.

"Oh!" Agnes mengangguk-angguk mengerti apa yang di maksud dara saat ini.

"Memang Pak Deo saat ini ada di ruangannya sekarang mbak," jelas Agnes menatap dara dengan sedikit tatapan tak enaknya,"Cuma....."

Dara sedikit kebingungan dengan ucapan Agnes yang masih terjeda, hingga membuatnya tak mengerti."Cuma apa nes?"

Agnes terdiam berfikir, terlihat wanita itu sedang memikirkan kata-kata yang pas untuk menjelaskan apa maksud dari perkataannya tadi." Saat ini pak Deo sedang bersama dengan wanita kencannya, mungkin kencan mereka akan selesai jam makan siang," jelas Agnes sedikit pelan seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Tapi tenang saja! Tadi pak Deo juga berpesan kepada saya, kalau ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, pak Deo menyuruh saya untuk memberitahunya," jelasnya lagi,"Kalau mbak dara mau, nanti saya akan memberi kabar kepada pak Deo," lanjutnya menatap dara menunggu jawabannya.

Dara mengangguk,"Baiklah kalau begitu! Karena saya ada beberapa keperluan sama pak Deo."

Dan mereka langsung berjalan bersama- sama menuju ke lantai atas untuk menunggu di ruang tunggu tepatnya di depan ruangan Deo.

"Apakah sering pak Deo melakukan hal ini di jam kerja?" Tanya Dara setelah tak ada pembicaraan sama sekali.

Agnes terkekeh,"Bukan sering mbak! Hampir tiap jam wanitanya itu selalu berdatangan, tapi kalau pak Deo malamnya datang ke club malam, semua wanitanya tak ada yang datang karena sudah mendapat servis apa yang di inginkan," bisiknya lirih karena gak ingin ada karyawan lain yang mendengar, meski hampir seluruh pekerja tahu kelakuan asli atasannya itu.

"Mbak duduk saja dulu, saya mau mengabari pak Deo dulu," ujarnya menuju ke arah meja kerjanya yang berada di luar ruangan Deo.

Dara mengangguk menyetujui perintah Agnes, ia duduk di kursi tunggu seraya melihat beberapa interior yang berada di sekitar kantor.

"Selamat pagi pak?"

"Mohon maaf menganggu sebentar, saya ingin memberitahukan bahwa di depan ada Bu dara yang ingin menemui bapak."

"Kalau begitu saya akan memberitahu Bu dara sekarang juga," tukasnya kemudian lalu menutup telepon itu.

Tatap wajahnya langsung bergerak mencari keberadaan dara yang sudah duduk di kursi tunggu.

Agnes menghampiri dara untuk menyampaikan apa yang di katakan Deo tadi,"Mbak dara, pak Deo memberi izin mbak untuk memasuki ruangannya sekarang juga," ujar Agnes memberi tahu pada dara tentang perintah Deo untuk mengizinkan dara memasuki ruangannya.

"Tapi..., Bukanya ada pacarnya di dalam?" Tanya Dara heran yang langsung di balas oleh Agnes dengan mengedikan kedua bahunya sebagai artian tak mengerti.

Pasalnya pak Deo dari dulu lebih mementingkan wanitanya di banding pekerjaannya, meski ada klien penting yang datang secara mendadak untuk membahas kerjasama antar perusahaan pun pak Deo lebih mementingkan wanitanya dan menyuruh kliennya menunggu di ruang khusus tamu, tetapi hari ini Agnes sedikit terkejut saat mendengar persetujuan untuk dara memasuki ruangannya meski saat ini sedang sibuk dengan wanitanya.

"Saya nggak tahu! Yang penting wanita itu bukan pacarnya, tetapi wanita sekali pakai yang sangat mengagumi pak Deo," jelasnya.

Dara sedikit merinding setelah Agnes menceritakan semua seluk beluk Deo tentang semua wanitanya, apa mungkin dia mampu, jika saja ia menerima tawaran yang terdengar sangat mengiurkan itu, tetapi masa iya dia harus berurusan dengan pria cabul itu setiap hari hingga waktu yang tak di tentukan.

"Pak Deo sangat terkenal di kalangan semua wanita se kota ini, memang ku akui pak Deo itu tampan sih, tapi dari sikapnya membuatku sedikit risih saat ada di dekatnya," tukas agnes yang lagi-lagi membuatnya bergidik ngeri mendengar semua ceritanya.

Dia tahu, Agnes mengira bahwa dialah juga akan menjadi wanita selanjutnya yang bisa jadi menjadi korban pak Deo. Padahal tujuannya bukan itu, lagian Deo bukanlah tipe selama ini yang di idamkan.

"Kalau gitu saya masuk dulu ya? Ada beberapa kepentingan yang sangat penting, jadi mau tak mau saya harus masuk ke ruangan itu meski keadaanya sangat tidak memungkinkan," pamit dara sedikit ngeri, bahkan saat ini keringat di tubuhnya mulai bercucuran seiring langkah kakinya yang mendekat ke arah pintu itu.

Dengan mata terpejam dara mengetuk pintu itu dengan perasaan was-was dan tak karuan.

"Masuk saja!"

Terdengar suara sahutan cepat yang mampu membuat pikirannya lega, jemarinya bergerak memegang gagang pintu itu untuk membuka pintunya.

Suasana hening, tatapan dara menyapu bersih ke segala sisi di ruangan itu. Tatapannya langsung berubah melotot dan terkejut saat mendapati sosok wanita yang terlihat sedikit membungkuk di pangkuan pria yang tak lain adalah Deo.

Dengan perasaan ketakutan, kaki dara bergerak mundur berusaha menjauh dari ruangan itu, namun Dewi Fortuna tak berpihak kepadanya karena tangannya tak sengaja menyenggol sebuah hiasan yang terpajang di sisi dinding dekat pintu. Hingga menimbulkan suara yang mampu membuat dua seorang sejoli yang sedang di mabuk asmara kini menatap ke arahnya.

"Maaf! Saya akan kembali lagi setelah jam makan siang selesai," balas dara cepat berusaha balik dan pergi dari ruangan ini, ia tak ingin melihat kejadian yang nantinya akan merusak pikirannya.

"Tunggu dulu Ra! Semuanya sudah selesai, jadi ku harap kamu tunggu di luar bersama Agnes sekitar 5 menit dan aku akan segera menemanimu," cegah Deo berbicara sebiasa mungkin, seolah-olah tadi gak terjadi apa-apa.

Tanpa banyak kata dara langsung pergi keluar ruangan itu lalu diikuti wanita itu dengan pakaian yang acak-acakan.

Dia heran kenapa tak di benarkan di dalam, kenapa lebih memilih membiarkan pakaian yang sudah acak-acakan tak berada di tempatnya?

Dara semakin heran.

Deo keluar dengan wajah cerahnya yang hanya menggunakan kemeja lengan panjang tanpa jas yang biasanya merungkup tubuh kekarnya.

"Silahkan masuk Ra!" Deo mempersilahkan dara untuk memasuki ruangannya.

Tetapi dara hanya terdiam antara takut dengan apa yang di lihat tadi.

Deo tersenyum tanpa arti, ia bergerak mendekat ke arah dara,"Apa kamu kita melakukan seperti apa yang kamu lihat?"

Gimana part ini,

Jangan lupa vote dan komen part ini sebanyak-banyaknya.

Dan semoga secepatnya part depan segera di update.

Terima kasih

DEORANTAWhere stories live. Discover now