DEORANTA | [33. Penolakan]

51 7 1
                                    


Happy Reading 🌼



Deo benar-benar menuruti semua permintaan dara dan tak lagi mengusik hidupnya sama sekali. Selama ini dia lebih fokus bekerja mencari kolega yang bersedia menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaannya untuk menunjukkan kepada mamanya bahwa dia bisa mencari yang terbaik untuk perusahaannya.

Di kantor yang sama, dara saat ini sudah berada di ruangan Tante Reni karena secara tiba-tiba Tante Reni menghubunginya katanya ingin bicara suatu hal yang penting.

"Syukurlah kamu datang tepat waktu Ra?" Ujar Tante Reni datang dari luar ruangannya karena baru saja bertemu dengan pak geswana.

"Maaf tante, sebelumnya saya ke sini itu untuk mengakhiri semuanya karena pak Deo sudah berubah sesuai apa yang Tante inginkan," jelasnya yang langsung membuat Tante Reni terkejut.

"Jangan! Tante masih sangat membutuhkan jasa kamu Ra... Tante janji ini yang terakhir kali dan setelahnya kamu bisa pergi sesuai keinginan kamu," tolak tegas Tante Reni membuat dara melongo tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan wanita paruh baya di depannya."Tante mohon Ra, bujuk Deo untuk tanda tangan kerja sama itu dengan perusahaan pak geswana," mohonnya dengan mata berkaca.

"Maaf tante saya nggak bisa melakukan hal itu lagi!" Tolak dara karena bagaimanapun dia sudah berjanji pada Deo untuk mengakhiri semua ini supaya mereka tak lagi bertemu.

Apa katanya nanti jika dia tiba-tiba datang ke kantornya dan membujuknya untuk menandatangi kerja sama itu, sedangkan dia pernah memarahinya dan mengusir Deo dari kosannya dengan bentakannya yang mungkin membuat pria itu marah padanya.

Dara mengeleng-gelengkan kepalanya pelan berusaha menepis semua itu.

"Ra?"

Tatap dara menatap sendu wanita paruh baya itu."Maaf tante dara nggak bisa!" Tolaknya lagi, lalu pergi meninggalkan Tante Reni yang terkejut dengan penolakan dara.

Wanita paruh baya itu menatap kepergian dara dengan perasaan marah.

Apa mungkin dara juga mencintai Deo?

Kalau hal itu benar-benar terjadi, dia tak akan pernah tinggal diam dan akan melakukan segala cara untuk menghancurkan hubungan mereka.

Wanita paruh baya itu langsung meraih ponselnya yang tergeletak di atas mejanya dan mencari nomor telepon untuk di hubunginya.

"Lakukan semua perintah ku dengan baik, tanpa ada jejak yang curiga dengan semua tindakan kalian." Ungkapnya dengan seringaian di bibirnya seraya menutup panggilan itu secara sepihak.

Dara berjalan cepat melewati ruang demi ruang untuk segera pergi dari kantor ini. Dia tak ingin berpapasan atau ketahuan oleh Deo, bahwa dia baru saja dari sini.

Dan benar saja, saat ini Deo berjalan bersama sekretarisnya dari arah yang berlawanan. Dara terkejut tak tahu apa yang harus di lakukannya saat ini. Bahkan di dalam hatinya dia berdoa supaya Deo tak menyadari keberadaannya saat ini.

Dara berjalan semakin cepat melewati Deo yang ternyata sibuk membaca jadwal yang di berikan sekretarisnya. Hal itu di manfaatkan sebaik mungkin oleh dara, namun suara itu membuat dia menghentikan langkah kakinya.

"Ra! Kamu ke sini?"

Dara meringis dengan mengertakan giginya kuat sebelum menoleh ke arah suara itu berasal.

Terlihat pria itu tersenyum senang saat melihat keberadaannya di kantor."Ke sini kok nggak bilang-bilang sih, tau gitu tadi aku nggak keluar," ujar Deo dengan wajah sumringah saat melihat dara berada di kantornya.

DEORANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang