DEORANTA| [ 21. Dejavu]

87 11 1
                                    

Happy Reading 🌼🌼


21. Dejavu

Malam telah tiba. Rasa lelah dan penat mulai menerjang tubuhnya, setelah seharian bergelut dengan berkas-berkas yang selalu menumpuk di meja kerjanya. Padahal hampir setiap hari dia selalu menyelesaikan semua berkas itu sebelum pulang, tetapi kenapa nggak pernah ada habisnya berkas di meja kerjanya ini?

Deo menghembuskan nafasnya berusaha menetralkan suasana jenuh ini. Hampir setiap hari dia seperti ini, berkutat dengan berkas-berkas dari pagi hingga malam, sungguh monoton sekali hidupnya ini tanpa ada hiburan sama sekali!

Jemarinya memijat pelan kedua keningnya untuk menghilangkan rasa pening di kepalanya. Tanpa di sadarinya bayangan wajah dara terlintas dalam pikirannya, bibirnya tersenyum saat memikirkan wajah terkejut gadis itu saat dia membopong tubuhnya ke ranjang. Tanpa ada penolakan ataupun teriakan yang membuat dia merasa senang.

Saat ingat sesuatu, Deo langsung mematikan layar komputernya, dengan tergesa dia bangkit pergi meninggalkan kantor.

*****

Dara tersenyum lega saat mendengar kabar baik dari dokter Dedi, dokter yang selama ini menangani dan merawat mama dan papanya. Kata dokter Dedi keadaan papanya sudah mulai membaik, setelah berhasil melewati masa kritisnya kemarin malam.

Masih ada secercah harapan untuk bisa menjadi anak kebanggan mama dan papanya. Karena harapan mereka berdua adalah bisa melihatnya tampil di kancah nasional dan sebulan lagi dia ada acara untuk mengisi pentas itu.

Dan dia berharap saat acara itu berlangsung kedua orangtuanya sudah bisa menonton aksinya secara langsung, setelah penantiannya selama ini.

"Mbak sudah sampai!"

Suara supir taksi berhasil menyadarkan dirinya dari lamunan itu.

Dengan sedikit gelagapan dara bersikap biasa saja."Iya pak!" Balas dara seraya menyerahkan selembar uang kertas lima puluh ribu kepada sopir taksi.

Setelahnya dara keluar dari taksi dan berjalan pelan ke arah kos-kosannya, namun saat berjalan beberapa langkah dia seperti mendengar suara yang memanggil-manggil namanya.

"Ra!"

"Ra!"

Dara menoleh dan mendapati Dendra yang saat ini tengah berjalan menghampirinya.

"Ada apa kamu menemuiku lagi?" Tanyanya dengan perasaan was-was.

Dendra terdiam seperti memikirkan suatu hal.

"Emmm!"

"Akkuu ke sini mau pinjam uang sama kamu lagi Ra, kamu masih ada uang kan?" Tanya Dendra sedikit terbata, takut di tolak oleh dara.

Benar saja, dara langsung menggeleng."Bukannya tadi pagi sudah aku kasih? Uang tadi pagi itu bukan uang yang sedikit loh den, tetapi kenapa bisa habiskan secepat itu?" Tanya dara heran, padahal tadi pagi dia sudah memberi pinjaman satu juta, uang yang selama ini di simpan baik-baik olehnya untuk keperluan mendadak.

Tetapi di tangan Dendra habis dalam sekejap.

"Aku kalah judi!" Jelasnya lirih, bahkan hanya terdengar seperti gumam saja.

DEORANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang