DEORANTA | [31. Penguntit]

53 8 0
                                    

Saat itu juga dara langsung memanfaatkan keadaan itu untuk keluar dari dalam mobil Deo dengan cepat. Dia mendengar suara Deo yang berteriak memanggil namanya berkali-kali.

"Dara!"

"Ra!"

"Ra jangan kayak gini Ra! Kita bisa selesaikan masalah ini baik-baik ya."

Dara tak menggubris ucapan Deo dan semakin cepat berjalan pergi meninggalkan Deo semakin jauh.

Deo terdiam tak berniat untuk mengejar dara, dia tahu, jika melakukan hal itu akan berakhir sia-sia karena sikap keras kepala dara sangat tinggi dan dia tak akan pernah menang melawannya.

Deo menatap lama dara dari kejauhan untuk memastikan bahwa dara akan selamat hingga ke kosannya. Namun, tiba-tiba suara petir terdengar menggelegar saling bersautan satu sama lain membuat Deo sedikit khawatir.

Tak lama kemudian hujan lebat datang menguyur, dengan cepat Deo melajukan mobilnya untuk kembali mengajak dara masuk kedalam mobilnya karena dia khawatir dengan keadaan dara saat ini.

Dari kejauhan terlihat ada cahaya pantulan mobil yang berhenti dari sisi yang berlawanan dengannya. Terlihat ada sosok pria yang turun dari mobilnya membawa payung untuk melindunginya dari air hujan itu mendatangi dara di bawah guyuran air hujan.

"Ra ngapain kamu ada di sini malam-malam begini?" Tanya dokter Alan bingung.

Namun saat melihat dara menangis dokter Alan langsung memeluk dara dengan erat untuk menenangkan keadaannya saat ini."Ada apa dengan mu Ra?"

Dara hanya terdiam dan menangis tanpa bersuara. Dokter Alan langsung melepas jas cream yang merungkup tubuhnya, lalu memasang jas itu di tubuh dara yang mulai kedinginan."Kamu gak perlu cerita sekarang? Yang penting aku harus mengantarkan mu pulang terlebih dahulu," jelasnya, lalu mengajak dara masuk ke dalam mobilnya.

Deo tersenyum kecut melihat pandangan di depannya. Ingin sekali dia merebut dara dari Alan, tetapi dara akan menolak dan permasalahan ini akan semakin rumit.

Sehingga dia lebih memilih berdiam diri di dalam mobil menatap kepergian mereka dari hadapannya.

Hembusan kasar terdengar begitu gusar. Dia tak menyangka bahwa semua rancangannya malam ini berantakan. Deo menoleh kebelakang menatap sebuah buket bunga mawar yang tergeletak di belakang kemudi.

Dia ambil buket bunga itu, dia tatap sayu buket bunga mawar yang di rancang khusus untuk memberi kejutan dara malah membuat semua berantakan.

Helaan nafas Deo kembali terdengar, jemarinya merogoh saku jasnya untuk mengambil kotak beludru warna merah yang berisi cincin. Deo menatap sendiri beludru merah dan buket bunga secara gantian. Hingga tanpa sadar air matanya menetes menatap dua benda yang seharusnya membuat hidupnya berwarna kini malah menjadi semakin suram.

Ya, malam ini dia berniat melamar dara setelah acara pesta selesai. Namun semuanya terasa kacau setelah kesalahpahaman yang membuat hubungannya yang belum sempat di mulai ini hancur.

Benar kata dara, mereka tak ada hubungan apa-apa selama ini, dia terlalu takut untuk mengungkapkan semua perasaan pada dara dan nantinya dara akan menolak semua ungkapan perasaannya, egonya terlalu tinggi jika dara menolak ungkapan perasaannya dan harga dirinya akan jatuh.

Namun semua keinginan itu kini hanya menjadi sebuah angan belaka setelah semuanya berakhir sebelum ada hubungan yang di mulai.

"Aku sangat mencintai kamu Ra?" Lirih Deo bergetar menatap cincin itu.

*****

Sudah empat hari lebih Deo murung dan merasa tak ada lagi rasa semangat dalam hidupnya sekarang. Beberapa kali dia juga melihat dara dari kejauhan yang ternyata waktunya sering di habiskan di rumah sakit untuk menunggui kedua orang tuanya.

DEORANTAWhere stories live. Discover now