DEORANTA | [41. Bucin]

60 6 0
                                    

Typo bertebaran

Dan mohon dimaklumi kalau banyak salah kata di part ini.

Selamat Membaca 🌼🌼

Suara riuh tepuk tangan dari semua penonton setelah dara menyelesaikan aksinya membuat ia langsung turun dari panggung dan kembali duduk di samping Deo.

"Luar biasa Ra! Kamu benar-benar membuat ibu bangga atas penampilan kamu yang sangat memukau kami semua, bahkan banyak penonton yang memuji-muji penampilan hebat mu ini," ungkap Bu Armi yang tiba-tiba muncul di dekat tangga panggung hingga membuatnya sedikit terkejut akan kedatangan Bu Armi.

Dara hanya mengangguk malu karena apa yang di katakan Bu Armi terlalu berlebihan, padahal ia sangat tak menginginkan lontaran pujian terhadap penampilannya yang nantinya akan membuatnya cepat puas dengan apa yang di milikinya hingga membuat ia semakin malas untuk mengembangkan keterampilannya dalam menari.

Baginya lebih baik cacian yang di dapatkannya karena itu akan membuatnya semakin berkembang lebih baik lagi dalam berkarya daripada pujian yang akan kapan saja menjadi racun bagi dirinya sendiri.

"Ibu nggak usah berlebihan lah! Dara nggak ingin penampilan ini membuat dara merasa cepat puas hingga membuat penampilan selanjutnya malah mengecewakan semua penonton," ungkap dara kepada Bu Armi supaya tak terlalu berlebihan memuji penampilannya.

Wanita paruh baya itu terkekeh menatapnya, lalu lengannya bergerak merangkul tubuhnya dari samping."Kamu itu ada saja ya Ra!" Ujarnya mengeleng-gelengkan kepalanya."Seharusnya kamu suka mendengarkan pujian seperti ini... Tapi, kok malah sebaliknya,"ungkapnya menunjukan jari telunjuknya ke arah dara.

"Kamu adalah murid yang sangat berbeda selama ibu menjadi pemimpin di sanggar ini, ibu selama ini merasa bangga dengan sikap kamu yang selalu rendah hati dalam keadaan apapun," ungkapnya menepuk-nepuk pelan punggung dara dengan tatapan teduhnya.

"Mungkin penampilan keduamu akan segera di mulai dalam waktu kurang lebih dari dua puluh menit Ra, ku harap penampilan mu yang selanjutnya akan lebih baik dari yang pertama," jelasnya mencoba memberi peringatan supaya dara selalu fokus dalam keadaan apapun.

Dara mengangguk, lalu tatap matanya tak sengaja melihat kursi yang tadi di tempati oleh Deo ternyata sudah kosong."Bu, apa ibu tau Deo kemana?" Tanyanya pada Bu Armi yang saat ini mengikuti arah pandang dara ke kursi penonton.

Bu armi menggeleng."Tidak Ra! Ibu nggak tahu Deo pergi kemana, karena sejak tadi ibu hanya fokus untuk melihat penampilan mu yang sangat memukau itu," jelasnya kepada dara dan setelahnya pergi meninggalkan dara yang berfikir kemanakah perginya Deo saat ini.

Dara berjalan menelusuri beberapa tempat di area panggung hingga ke ruang ganti, namun ia tak kunjung mendapati keberadaan pria itu berasal. Bahkan ia sempat menelpon untuk menanyakan keberadaannya, namun ponselnya tidak aktif hingga membuat dara semakin panik dengan keadaan Deo saat ini.

Hingga tanpa di sadarinya, seorang pembawa acara itu memanggil namanya untuk segera naik ke atas panggung karena penampilannya yang kedua akan segera di mulai bersama dengan penari pria yang kini sudah berada di atas panggung.

"Cepetan naik Ra! Waktunya tidak akan lama," teriak Bu Armi mencoba memberi peringatan kepada dara yang terlihat mematung di tempatnya.

"Dara!" Teriak Bu Armi dengan suara sedikit kencang, hingga membuat dara sedikit terkejut dan menoleh kearah Bu Armi yang menatapnya tajam dengan gerakan bibirnya yang mengartikan bahwa dia harus segera menaiki panggung.

Tatap dara menatap semua penonton yang terlihat begitu fokus ke arah panggung yang masih padam dengan batas kain merah yang menutupi semua area panggung itu. Ia bergerak pelan menaiki panggung itu dan berjalan pelan di tengah panggung untuk menyapa penonton dengan sebuah gerakan yang diikuti oleh beberapa penari lainnya yang memutari tubuhnya sebelum memulai pertunjukan ini.

DEORANTAWhere stories live. Discover now