DEORANTA | [45. Kebenaran Waktu Itu]

42 2 0
                                    

"Papa!"

Dev tersenyum menatap kedatangan dara yang saat ini berjalan cepat dari luar dan berniat untuk menghampirinya. Dua bulan dia telah melewatkan kebersamaannya bersama sang putri.

"Gimana kabar kamu sayang!" Tanya Dev menatap lekat wajah sang putri yang ternyata terlihat lebih dewasa dari sebelum kecelakaan itu terjadi.

"Seperti yang papa lihat! Papa pasti tahu gimana kabar dara, apalagi semenjak papa siuman, papa pasti tahu lah," balasnya dengan kekehannya.

"Papa pengen peluk kamu! Papa kangen sama kamu sayang," ungkapnya mengutarakan semua keinginannya, memang semenjak sadar dari koma. Hanya dara yang belum bertemu dengannya, kata semua keluarganya, gadis kecilnya telah sibuk mempersiapkan impiannya yang sejak dulu di impikannya yaitu tampil di pentas seni ternama di Indonesia.

Mendengar hal itu mampu membuat Dev bangga karena putrinya mampu mewujudkan semua keinginannya, meski ia tak bisa melihat secara langsung penampilan apik sang putri, yang telah lama di nantikannya.

"Dara juga kangen sama papa! Maaf, dara nggak bisa menemani papa saat papa membuka kedua mata papa untuk pertama kalinya," lirihnya di dalam dekapan tubuh papanya.

"Nggak papa sayang! Banyak kok yang menjaga papa, jadi kamu nggak usah khawatir tentang keadaan papa," ungkap papanya mengelus pelan rambutnya, hingga tanpa sadar kedua matanya mendapati sosok lelaki yang berdiri tak jauh dari dara.

"Siapa dia?" Tanyanya pada dara.

Dara langsung bangkit dan menoleh ke arah Deo dengan tersenyum.

"Dia Deo pa!"

"Pacar kamu?" Tanyanya yang langsung di beri anggukan oleh Deo.

Pria itu langsung tersenyum dan mendekat ke arah dev lalu mencium punggung tangan papanya dara."Iya om!" Balas Deo dengan ramah.

"Kayaknya wajahnya tidak asing bagi papa sayang! Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyanya pada Deo dan dara.

Deo mengangguk."Iya om, saya adalah tetangga dan teman kecil dara saat masih tinggal di komplek, sebelum dara bertemu dengan om," jelasnya dengan nada sedikit bergetar, rasa gugup begitu menguasai tubuhnya saat ini.

Dev tertawa."Dan sekarang kalian menjalani hubungan gitu, sejak kapan?" Tanyanya sedikit sarkas, tapi penuh makna.

Saat Dev ingin menanyakan sesuatu. Tiba-tiba pintu ruang inapnya terbuka dan memperlihatkan ibu mertuanya yang memanggil dara untuk segera keluar sekarang.

"Pa dara keluar sebentar ya!" Pamitnya pada papanya dan pamit pada Deo dengan gerakan matanya, hingga membuat Deo mengangguk menyetujui.

"Apa kamu adalah keponakan Arfan?" Tanya Dev setelah kepergian dara.

"Iya om!" Deo mengangguk mengiyakan apa yang di katakan om Dev.

"Sampaikan salam saya dan ungkapan minta maaf saya kepada om kamu, karena secara tak langsung om telah merebut mamanya dara dari om kamu, meski saat itu sudah menjadi kesepakatan kita bersama," ungkap Dev penuh penyesalan.

"Kesepakatan!" Ulang Deo tak mengerti dengan apa yang di katakan om Dev padanya.

Dev mengangguk."Iya, dulu setelah saya pulang dari rumah mamanya dara dan ngenterin dara pulang. Om kamu menghadang mobil saya dan mengajak saya beradu otot, om kamu bilang siapa yang menang... Dialah yang akan menikahi mamanya dara, padahal saat itu, om nggak ada kepikiran untuk hal itu atau merebut mamanya dara, om kamulah sendiri yang menawarkan kesepakatan itu dan waktu itu saya tak punya pilihan lain selain menerima tawaran itu," jelas Dev yang mampu membuat Deo terkejut.

Berarti semua yang di alami omnya selama ini adalah murni kesalahannya sendiri yang secara tak langsung menyerahkan Tante Naya pada om Dev. Deo terdiam, ia merasa selama ini telah berprasangka buruk pada keluarga dara saat kematian om Arfan, hingga membuat benci dan dendam mendarah daging di dalam tubuhnya.

Namun, nyatanya rasa cinta dara lebih besar dari dendam dan benci itu. Seharusnya ia merasa beruntung karena tak gegabah melakukan hal yang dulu pernah di rencanakan yaitu ingin menghancurkan dara dan ingin nasib dara seperti om Arfan.

"Gimana kabar Arfan saat ini?"

Suara om Dev kembali menyadarkan Deo, ia langsung menatap nanar pada om Dev yang saat ini juga menatapnya."Om Arfan?" Gumam Deo lirih.

Dev mengangguk."Iya, gimana kabarnya? Ku rasa om ingin sekali bertemu dengannya jika sudah keluar dari rumah sakit," ujarnya penuh penyesalan."Saya ingin hidup keluarga om tentram dan bahagia tanpa ada rasa bersalah, mungkin kejadian ini juga karena dosa besar om yang secara tak langsung merebut kebahagiaan om kamu," sambungnya lirih.

"Om Arfan sudah meninggal dan meninggalkan kami semua, sekitar 15 tahun yang lalu," jawab Deo yang mampu membuat Dev terkejut.

Rasa bersalah itu kembali menghampirinya.

"Semenjak Tante Naya resmi menikah dengan om, om arfan mengalami depresi hebat selama bertahun-tahun dan akhirnya ia menyerah dan pergi meninggalkan kami semua."

Dev memejamkan kedua matanya berusaha menenangkan keadaannya saat ini, seharusnya ia tak berfikir berat seperti ini. Tapi, nyatanya semua cerita Deo mampu membuat semua rasa bersalah itu datang kembali.

"Bagaimana dengan keluarga kamu? Apa tak ada rasa dendam yang di alami keluarga mu kepada keluarga kami?"

Deg!

Ucapan om Dev mampu membuat Deo terdiam, ia merasa ada sebuah petir yang menyambar masa depannya nanti bersama dara. Meski apa yang di katakan om Dev padanya adalah murni kesalahan om Arfan.

Tapi, ingatan 15 tahun silam membuat Deo semakin hancur saat mamanya menangis hebat saat kepergian om Arfan yang di antar semua kerabat ke tanah pemakaman.

Aku nggak akan pernah memaafkan kamu Naya?

Aku janji akan membuat anak turun mu merasakan hal yang sama seperti Arfan.

Dia ingat sekali waktu itu, hingga menumbuhkan rasa benci itu dan menarik dara ke dalam kehidupannya  di saat wanita itu hidup sebatang kara, saat kedua orang tuanya mengalami kecelakaan.

"Apa kamu benar-benar mencintai dara?" Tanya om Dev mampu membuat Deo bungkam.

Deo mengangguk yakin."Iya om! Saya begitu mencintai putri om, saya janji akan menjaga putri om dari semua mata bahaya yang mengintai putri om, sudah sejak lama juga saya menaruh rasa itu," balas Deo begitu yakin, hingga ia lupa janjinya terhadap mamanya.

Memang saat ini impiannya adalah hidup bahagia bersama dara.

Tetapi, Deo lupa bahwa apa yang di impikannya itu tak akan bisa berjalan mulus, jika sang mama tak bisa searah dengan jalan pikirannya.

Sejak dulu Deo memang menjadi anak kebanggaan mamanya dan selalu menuruti semua permintaan mamanya, tak seperti kakaknya mbak reta yang dulu pernah menjalin hubungan serius bersama om damar adik Tante Naya.

Hubungan mereka terhalang restu karena mamanya tak ingin mempunyai ikatan dengan keluarga Tante Naya, hingga membuat sang mama merelakan segala cara untuk membuat hubungan kak reta dan om damar hancur.

Malam dimana om damar berniat melamar kak reta, saat itu mamanya malah mengundang pria lain rekan kerja ayahnya di bengkel ternama di Kalimantan.

Malam itu pula, yang mampu membuat hubungan kak reta dan om damar benar-benar hancur karena jebakan sang mama yang mengurung kak reta dan rekan kerja ayahnya di dalam kamarnya, hingga membuat mereka terpaksa menikah tanpa ada kata cinta.

Om damar tahu dan memutuskan hubungan mereka saat itu juga.

Deo ingat sekali kejadian itu, mengingat hubungannya dengan dara. Apakah ia bisa melewati semua itu hingga mendapatkan restu sang mama?

Meski baru saja ia mendapatkan pernyataan bahwa selama ini memang semua itu kesalahan om Arfan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEORANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang