[BTC-08]

5.5K 1K 575
                                    

Reni.





Everything feels weighty lately.

Entah karena ada beberapa hal yang nggak berjalan semestinya atau karena aku memang suntuk akhir-akhir ini, it all feels too overwhelming for me, and worse, I'm made to feel uneasy because of my own emotions.

"Gimana, Malaika bisa?"

Ini salah satu alasannya.

Aku sudah pernah bilang, 'kan, kalau Hatalla sudah melewati banyak momen-momen perjodohan yang dilakukan orang tuanya selama kami menjalin hubungan? Dan dari banyak perjodohan itu, aku melewatinya dengan santai karena tau Hatalla tidak akan pernah setuju dan orang tuanya juga nggak benar-benar serius dengan perjodohan-perjodohan yang sering mereka buat untuk Hatalla.

Tapi, sepertinya kali ini semua berbeda.

Aku nggak membicarakan soal Hatalla, ya. Tapi, ini semua tentang orang tuanya dan yang aku maksud di sini itu adalah kegigihan Ibu Ainur untuk terus mendekatkan Hatalla dengan Malaika.

Ya, masih Malaika yang sama.

Tadi pagi secara tiba-tiba—Ibu Ainur memang sering melakukannya—menghubungiku dan mengatakan kalau dia mengundangku untuk makan siang di kediamannya sendirian, tanpa mengajak Hatalla. What a strange thing indeed, tapi karena ini permintaan Ibu Ainur—yang tidak lain dan tidak bukan adalah orang tua dari atasanku—tentu aku nggak punya pilihan lain selain menurutinya, kan?

"Kalau bisa nanti coba Ibu atur—eh, maksudnya Reni dan Deryl atur," timpal Ibu Ainur waktu ia belum juga menerima jawaban dari Malaika yang masih terdiam duduk di sebelahnya, memasang wajah malu-malu tapi maunya itu.

Dengan keningnya yang berkerut, Malaika menatap Ibu Ainur. "Deryl?"

"Asisten Hatalla yang lain," jawab Ibu Ainur cepat sambil menatapku. "Reni sepertinya lagi libur ngurus Hatalla, jadi kalau kamu setuju buat makan malam sama Hatalla mungkin nanti bakal dibantu urus sama Deryl," terang Ibu Ainur yang mendadak membuat Malaika menolehkan kepalanya ke arahku.

"Ambil cuti?" tanyanya.

Apa bisa liburku ini dibilang cuti? Karena sebenarnya aku nggak pernah mengajukan cuti yang aku dapat ini ke Hatalla sebelum tahu dari Deryl yang menghubungiku pagi ini kalau pengajuan cutiku selama tiga hari ini sudah di acc.

Mungkin ini ada kaitannya dengan apa yang terjadi sebelumnya, soal Hatalla yang nggak sengaja keceplosan soal hubungan kami. Talking about it evokes a lot of disappointment and worry. I knew that no matter how skillfully we hid our relationship, it would eventually be revealed. Tapi, bukannya selama 5 tahun terakhir ini kami sudah melakukannya dengan baik?

Hanya karena capung, semuanya terbuka.

Isn't this hilarious? I still find it difficult to believe what happened.

Untungnya—tidak seperti biasanya—Hatalla memberikan jarak—space—dengan tidak mendatangiku secara langsung kemarin, meskipun pada akhirnya kami tetap bertemu juga semalam karena ajakan makan malam dari Pak Katon di rumah Pak Algis.

Kalau aku tebak, ini pasti ada ikut campur dari sahabat-sahabat Hatalla sampai bisa membuat pria itu tidak lagi 'menempel' kepadaku, seakan memberikanku space—sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan Hatalla karena menurutnya sebuah masalah harus diselesaikan secepatnya yang sebenarnya nggak salah juga, tapi kadang aku merasa kalau aku memerlukan waktu untuk memikirkan baik-baik semuanya sebelum akhirnya bisa bicara dengan Hatalla.

Dan sekarang pria itu memberikannya—keinginanku—sampai memutuskan kalau aku perlu mengambil waktu cuti agar bisa memikirkan baik-baik tentang apa yang terjadi beberapa saat lalu.

BELL THE CAT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang