[BTC-35]

4.7K 1K 392
                                    

Hatalla. 







"Is everything going well? Are we on track, Jer?"

Jeremy yang tersambung dengan gue lewat sambungan video call bersama timnya menganggukan kepala, raut wajahnya keliatan yakin—membuat gue diam-diam menghela napas lega. "Semuanya lancar, Pak. We were still monitoring Santoso's family and Malaika's movements, as well as Sahid's. Everything is pretty much in order, according to what we had planned at the beginning." Di sela penjelasan Jeremy, gue ikut menganggukan kepala—mendengarkannya baik-baik. "We could say that the Santoso family is currently working to restore their reputation and disengage from the matter involving Pak Syamsir and his family.

"Tim saya juga dapat informasi kalau Malaika sudah menyiapkan kepindahannya ke New York bersama Ibunya. Dan sisanya, bersih, Pak."

"Dari pihaknya Pak Syamsir gimana, Jer? Mereka nggak ada pergerakan?" tanya gue, begitu Jeremy selesai menjelaskan.

Jeremy mengangguk lagi, dia menatap ke arah iPadnya, lalu bicara, "Beberapa hari lalu, saya dapat kabar dari salah satu tim saya, Pak. Pak Syamsir's family was formulating a plot to involve Santoso's family because they were suspicious of Mr. Santoso, accusing him of being the mastermind behind Pak Syamsir's police report." Selesai menjelaskan, Jeremy melepas fokusnya dari iPadnya dan menatap ke arah kameranya lagi.

What a mess, right?

Sebenernya gue bisa aja nggak mengambil langkah sejauh ini, tapi melihat bagaimana Syamsir, Santoso, dan Malaika yang keliatan gigih dan keras kepala—dan kemungkinan akan menyulitkan gue kedepannya—gue memilih untuk ikut 'mengurus' mereka juga.

Sudah berjalan lebih dua bulan sejak media digemparkan soal kasus korupsi dan rumor prostitusi yang diarahkan ke Syamsir dan keluarga besar Santoso, dan selama dua bulan itu juga Syamsir dan keluarga Santoso saling menyerang satu sama lain.

Santoso dan Malaika jelas udah lupa sama gue, mereka udah pusing duluan dengan masalah yang menimpa keluarga mereka sekarang.

Dan selama dua bulan ini, gue nggak bisa mengendurkan sedikit aja perhatian dan fokus gue dari kasus ini. Untungnya, Hestamma—yang kayaknya lagi kesurupan—membolehkan gue untuk mempekerjakan Jeremy dan timnya sampai semua masalah ini selesai dan nggak ada lagi kemungkinan dari pihak manapun menyerang keluarga gue.

Gue cukup puas mendengarkan penjelasan dari Jeremy barusan, karena bisa dibilang gue masih suka ketar-ketir sebelum dapat konfirmasi jelas dari Jeremy dan timnya.

Ah, ya! "Kalau soal Ibu Mita, keluarga Pramana, sama Frederic Simons sendiri gimana, Jer?" Ini juga jadi pertanyaan penting lain yang selalu gue tanyakan ke Jeremy.

Sebenarnya, selama dua bulan ini, pemberitaan soal masalah yang dihadapi Ibu Mita, keluarga Pramana, dan Frederic Simons sudah nggak begitu lagi menarik perhatian media dan masyarakat. There have been numerous biased comments claiming that this issue is no more entertaining than the cheap soap operas broadcast on television. Ada dari beberapa dari masyarakat yang mulai membela Frederic Simons dan menuduh Mita dan keluarga Pramana hanya ingin mendompleng nama besar keluarga mereka karena kasus yang menimpa keluarga mereka sebelumnya, dan beberapa yang lain mulai meninggalkan—memilih tidak memihak siapapun.

Dan selama itu juga, gue belum membalas pesan dari Ibu Mita—gue hanya membiarkannya terbaca tanpa berniat membalasnya karena sampai sekarang Reni masih belum juga mau 'bergerak' menanggapi masalah yang menimpanya itu.

Ya, selama dua bulan ini gue bener-bener dibuat pontang-panting ngurusin masalah ini-itu.

Jeremy nggak langsung menjawab pertanyaan gue, dia sempat menanyai dua orang lain—timnya—yang ikut bergabung dengan gue di video call sore ini. "Since the case is no longer in the news, Ibu Mita and the Pramana family seem to be working on something to reclaim attention and regain their family's good name, Pak." Kedua orang lainnya ikut mengangguki pernyataan Jeremy barusan. "Kalau mau ngobrol tentang kekhawatiran Bapak soal kemungkinan Ibu Mita dan keluarga Pramana bakal menggunakan Ibu Reni di rencana mereka selanjutnya—" Kepala Jeremy menggeleng pelan, dan tanpa mengatakannya pun, gue udah paham.

BELL THE CAT (COMPLETED)Where stories live. Discover now