Part 10 : Pesta Dansa (3)

827 75 4
                                    

Ryu melihat gadis yang menarik perhatiannya baru-baru ini sedang berlari-lari. Di belakangnya tampak segerombolan pria yang mengejarnya.

Ia mengingat dirinya tersenyum saat gadis itu melemparkan salah satu sepatu high heels-nya dan mengenai pria yang mengejarnya dengan telak.

Gadis pemberani. Pikirnya.

Ia yang sedari tadi berada di atap, mengikuti mereka perlahan-lahan. Ditemani oleh teman setianya. Bam Shimizu.

Ia sesaat kehilangan jejak mereka. Lalu mencari kesekeliling dengan panik.

Saat menemukan gadis itu, para lelaki yang mengejarnya sudah tumbang semua. Ternyata gadis itu memang sungguh mengagumkan. Niatnya ia ingin berbalik dan pergi. Tapi tidak, saat ia melihat gadis itu tampak limbung karena perbuatan pengecut orang yang telah ia kalahkan.

Segera ia ingin turun, tapi gadis itu terlanjur jatuh ke kolam yang ada disana.

Gadis itu bangkit, dan sekali lagi ia hendak jatuh. Tapi kali ini, Ryu siap menahannya.

---**---

Ryu menatap lekat-lekat lelaki pengecut yang sedang terduduk itu. Ia menatap tajam kepadanya.

Kedua lengannya memeluk gadis yang sudah tidak sadarkan diri.

"Sudah cukup," kata Ryu akhirnya. Tio memandang Ryu masih dengan tatapan menantang.

"Hei ayolah, kita bisa berbagi gadis itu. Aku akan membiarkanmu menyentuhnya juga," bujuk Tio

"Camkan ini di kepalamu yang rendahan itu. Aku tidak akan pernah membiarkan tangan kotormu itu menyentuhnya lagi barang secuilpun," balas Ryu dengan nada mengancam.

Ekspresi wajah Tio berubah, entah kenapa ia merasa laki-laki yang ada di depannya ini berbahaya. Ia menggigit bibirnya dan hanya mengumpat dalam hatinya.

Lalu ia kembali tersenyum saat menyadari para anak buahnya tersadar. Ia kembali menatap Ryu dengan tatapan meremehkan.

"Heh, apa katamu? Justru kau akan menyesal menolak tawaranku tadi," ancam Tio sambil terkekeh.

Ia memberikan sinyal kepada anak buahnya untuk menyerang Ryu. Ia menyeringai kembali.

'Brukk'

Satu lagi benda besar mendarat dengan mulus di tempat itu. Tampak seorang pria dengan rambut pirang dan mata jingganya berdiri di hadapan Tio dan anak buahnya.

Pria itu setinggi 190-an cm. Wajahnya sangat kontras dengan namanya yang ketimuran. Ia memiliki perwakan khas orang-orang Barat.

"Bam, bereskan. Nanti akan kuberi kabar lagi."

"Baik Ryu."

Bam dengan cepat menyerang Tio dan para anak buahnya. Mereka tidak berkutik di hadapan lelaki besar yang memiliki tenaga yang luar biasa.

Ryu menggendong Freya dengan gaya bridal. Memperbaiki posisi gendongannya agar gadis itu lebih nyaman. Ia melihat wajah gadis itu semakin memucat.

Ryu menyentuh pipi Freya. Sensasi dingin membuatnya tersentak saat kulitnya bersentuhan dengan pipi dingin gadis itu.

Ryu berjalan setengah berlari. Ia berpikir keras ke mana harus ia bawa gadis itu. Gadis itu sangat kedinginan. Mengingat kamar-kamar biasa tidak mempunyai penghangat ruangan, Ryu memutuskan membawa Freya ke kamarnya.

Sepanjang perjalanan Ryu dilanda rasa khawatir. Pasalnya gadis itu semakin memucat dan suhu tubuhnya semakin mendingin.

Akhirnya sampai juga Ryu di kamarnya. Ia membuka kenop pintu dan segera meletakkan Freya di ranjang miliknya.

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now