Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?

738 65 0
                                    

Angin malam berhembus membelai setiap makhluk yang tidak mempunyai tempat berteduh. Bintang-bintang bersinar terang malam ini, kita dapat dengan mudah melihat rasi bintang yang terbentuk. Bulan purnama diapit awan di sisi kiri dan kanannya. Malam ini istimewa. Lihat saja langit malam hari ini. Bulan seakan juga ikut menyetujuinya dengan memancarkan cahayanya dengan indah. Pelangi muncul di sekitar bulan.

Di bawah langit, seorang pemuda duduk di bangku balkon kamarnya. Ia memandang rembulan dengan khidmat. Sesekali pemuda itu menyeruput kopi hangat yang ia buat. Saat memandang bulan, ia mengingat gadis cantik yang tengah mengisi relung di hatinya.

Gadis yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Memang awal pertemuan mereka cukup lucu. Gadis itu salah mengira dirinya. Ia dapat mengingat bagaimana gadis itu merangkulnya dan membuatnya merasakan tubuh lembut gadis itu. Aroma gadis itu yang bagaikan bunga di musim semi selalu melekat di penciumannya. Mata biru gadis itu yang memandangnya dengan yakin. Mungkin itu adalah mata terindah yang pernah ia lihat.

Bagian dari dirinya mengatakan kalau gadis itu menyembunyikan kesedihan di balik sikap tenang dan cerianya. Takdir memihak kepada dirinya. Ia sekelas dengan sang gadis pujaan dan duduk di sampingnya. Selama berhari-hari ia mengamati gadis itu, caranya menyimak pelajaran, caranya berbicara dengan orang-orang, gadis itu tidak pernah berhenti membuat dirinya terpesona. Oh jangan lupakan soal kepekaan gadis itu. Beberapa kali ia tertangkap basah saat mengamati gadis berambut merah jahe yang bergelombang itu.

Tapi beberapa hari ini gadis itu bersikap aneh. Awalnya saat ia mendengar nama sahabatnya Ryu adalah teman sekelasnya juga. Ekspresi gadis itu tampak kaget kemudian diiringi dengan pandangan jijik.

Hari-hari esoknya gadis itu sering bertengkar dengan Ryu. Lalu sampai suatu hari dirinya tersentak saat melihat jari manis gadis itu dihiasi sebuah cincin yang awalnya tidak berada di sana.

Freya Leonara. Itulah nama gadis yang membuatnya tidak dapat tidur dengan tenang akhir-akhir ini. Gadis yang mencuri hatinya. Beberapa hari yang lalu ia dikejutkan dengan berita bahwa Freya adalah salah satu tunangan Ryu. Saat itu ia merasakan seperti jantungnya berhenti. Kemudian ia melihat Freya, sebuah ekspresi yang tidak disangka-sangka.

Freya tampak ikut terkejut dan marah saat Ryu membeberkannya. Kemudian memandang dirinya.. Oh tatapan itu.. Tatapan yang memberinya sebuah harapan.

Mungkinkah perasaanya bersambut dengan Freya? Jika ia maka ia tidak akan melepaskan kemungkinan itu. Ia memberanikan dirinya untuk mengejar gadis itu.

Saat berhasil menyusul Freya dirinya melakukan sesuatu yang tidak ia sangka. Ia mengutarakan perasaannya terhadap Freya dan dapat merasakan bibir lembut nan manis dari gadis itu.

Ia ingat betapa lembut dan rapuhnya gadis itu. Jadi ia menciumnya dengan hati-hati agar tidak melukai Freya. Tidak ada yang lebih membahagiakan saat Freya ikut membalas ciumannya. Itu adalah momen terindah kedua antara ia dan Freya. Momen terindah pertama tentu saja saat ia bertemu dengan Freya, gadis yang cantik namun kuat.

Miki mengingat kejadian yang ia benci. Saat Teresa dengan sengaja mencoba menindas Freya. Hatinya begitu tersayat saat melihat gadis itu terjatuh. Ia dapat melihat memar-memar di kaki indah Freya. Ingin sekali saat itu ia menendang Teresa keluar tapi ia tidak dapat melakukannya. Saat itu Miki mengutuki dirinya sendiri, mengapa ia meninggalkan Freya sendirian. Raka dan Lin yang biasanya menjaga Freya sedang tidak ada. Ryu yang mengaku tunangan Freya pergi entah kemana.

Saat itu ia membulatkan tekad, jika Freya memilih dirinya maka saat itu ia akan membatalkan pertunangan antara Freya dengan Ryu dengan cara apapun. Walaupun ia harus melawan sahabatnya sendiri dan walaupun sahabatnya itu adalah seorang Isaiah. Ia tidak peduli. Ia akan memenangkan hati Freya dan akan membahagiakan gadis itu dengan segala hal yang ia miliki.

Lamunan Miki buyar saat ponselnya berdering. Dengan malas ia meraih ponselnya yang tergeletak di samping bangku tempat dirinya bersantai. Layar ponselnya menunjukkan nama seseorang yang menelponnya.

Alin is calling..

Miki mengangkat telepon. "Halo."

"Halo Miki, bagaimana kabarmu?" tanya pemilik suara di seberang.

"Baik, bagaimana denganmu?" jawab Miki. "Ada apa kau meneleponku malam-malam begini Alin?"

"Oh benarkah disana sudah malam?" gadis itu terdiam sesaat "Aku hampir lupa jika kau sedang bersekolah di Akademi Frisuki Miki."

"Tidak apa-apa. Jadi, ada masalah apa?" tanya Miki lagi.

"Sebenarnya bukan masalah.. Mungkin kabar baik. Tahun depan aku akan menyelesaikan studiku di sini, dan kemudian melanjutkannya di Akademi Frisuki."

Miki terdiam.

"Halo Miki? Kau masih di sana?" Tanya gadis itu mencoba memastikan.

"Oh iya? Maaf aku tadi sempat tidak fokus." Miki tersadar dari lamunannya.

"Hem baiklah.. Lalu-lalu, bagaimana kabar tunanganku, Ryu? Akhir-akhir ini kau tidak mengabarkannya kepadaku. Dia dihubungi juga sulit sekali."

Miki menimbang-nimbang, haruskah ia memberi tahu Alin tentang Freya? Miki membuat keputusan jika ia memang harus memberitahu Alin. Bagaimana pun Alin berhak mengetahuinya karena ia adalah salah satu tunangan Ryu.

"Kau tahu kalau Ryu mempunyai tunangan baru?" tanya Miki ragu-ragu.

Sekarang gadis itu yang terdiam. Miki bersabar menunggu reaksi dan jawaban Alin.

"Jadi kabar itu benar?" Alin terdiam kemudian melanjutkan kalimatnya. "Aku kira itu hanyalah lelucon ayah. Bagaimana bisa Bibi Hotaru menambah tunangan Ryu, terlebih gadis itu adalah gadis dari kalangan biasa."

"Jadi kau sudah tahu?"

"Ya beberapa hari yang lalu, mengapa kau tidak memberitahuku lebih awal Miki?"

"Aku juga baru beberapa hari ini mengetahuinya, mungkin lebih lambat dari dirimu. Aku bingung bagaimana menyampaikannya. Kau juga butuh konsentrasi yang tinggi untuk menyelesaikan studimu kan Alin?"

"Hahahaha.. Iya-iya."

"Bagaimana dengan studimu di Inggris Alin?"

"Sedikit sulit. Banyak sekali yang harus aku pelajari.. Tapi aku harus melakukannya, karena aku adalah penerus keluarga Laniana nanti. Aku juga cukup menikmati semua ini ko Miki."

"Syukurlah jika seperti itu." Miki bernapas lega.

"Seharusnya kau yang menjadi penerus Laniana, bukannya aku Miki. Kau adalah laki-laki, lebih cocok menjadi kepala keluarga Laniana daripada aku."

"Kau tidak boleh bicara seperti itu Alin, kaulah yang lebih cocok, yang paling memenuhi kriteria sebagai penerus Laniana. Kau sudah membuktikannya Alin. Sementara aku? Aku bahkan tidak mewarisi nama Laniana, karena ibukulah yang seorang Laniana. Dan saat ia menikah ia berganti nama keluarga."

"Tetap saja Miki.. Seharusnya bukan aku yang mewarisinya, mungkin Bibi Seiralah yang lebih pantas.. Tapi ia malah hanya menjadi kepala sekolah Akademi Frisuki juga.."

Perkataan Alin dihentikan oleh Miki, "Cukup Alin! Kau tidak boleh melanjutkannya lagi! Ingat perkataanmu, kau adalah penerus Laniana yang sah. Kau ingat saat upacara pengujian calon penerus? Dirimulah yang terpilih dan bukan yang lain."

"Baiklah.. Maafkan aku Miki." Alin menyesal.

"Kau tidak boleh berkata seperti itu, aku tahu latihan disana sangat berat tapi Alin jangan lupa kau adalah penerus Laniana, tidak ada jalan yang mudah bagi seorang yang terpilih untuk menjadi penerus Laniana."

"Iya.. Maaf aku melupakannya.. Terima kasih Miki," jawab Alin.

"Sama-sama. Maafkan aku juga terlalu keras terhadapmu," kata Miki menyesal.

"Tidak apa-apa. Oh sepertinya kelasku sudah mau dimulai. Sudah dulu Miki, dan sekali lagi terima kasih atas semuanya. Bye."

"Bye, Alin." Miki menutup telepon. Ia kembali menatap langit indah malam ini dan membayangkan gadis pujaannya.

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now