Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan

892 62 5
                                    

"Selamat Mr. Keir atas pernikahannya. Kuharap kau bahagia. Selalu." Freya memeluk Keir dan pria itu membalasnya. Kemudian Freya berpindah, mengucapkan hal serupa pada Seira sang kepala sekolah dan memeluk wanita itu.

Setelah mengucapkan selamat kepada mempelai pengantin Freya turun dari tempat tadi dan berjalan menjauhi pusat keramaian yang membuatnya pusing.

Ryu mengikuti Freya di belakang. Menjaga gadis itu agar tidak limbung.

"Kau tidak apa-apa? Kau pucat Freya."

Freya menggeleng. "Tidak aku hanya sedikit pusing dengan keramaian ini. Tapi tak masalah, sebentar lagi aku akan pulih."

Ryu meragukan jawaban gadis itu, ia meletakkan tangannya di kedua bahu gadis itu, memapahnya menuju tempat yang tidak seramai ini.

Freya mengikuti Ryu dengan patuh, sambil berjalan ia melihat aula sekolah yang disulap menjadi sebuah tempat resepsi bak kerajaan. Dengan desain klasik dan melodi lembut yang mengalun. Freya bersyukur Ryu menyiapkan gaun untuknya, ia tidak tahu harus bagaimana jika memakai gaun yang ia miliki.

Banyak sekali tamu yang hadir di acara ini. Ryu bilang hanya segelintir orang yang diundang dalam pernikahan Keir. Tapi jumlah tamu undangan hampir seribu orang! Dan itu yang dimaksud segelintir orang?

Ryu mendudukkan Freya di kursi yang tersedia. Ia berlutut di depan gadis itu sambil memijat-mijat ringan tangan Freya.

"Merasa lebih baik?" tanya Ryu, mata birunya berkilat-kilat khawatir.

"He eh," Freya tersenyum.

Ryu bangkit dan duduk di kursi sebelah gadis itu. Ia menyandarkan kepala Freya di bahunya. "Lebih baik lagi?" tanya Ryu dengan senyuman nakalnya.

"Iya," bisik Freya di telinga Ryu.

Freya merasakan perasaan nyaman menyebar di tubuhnya. Waktu terasa berhenti untuknya, keramaian yang membuatnya pusing perlahan menghilang. Menyisakan dirinya dan Ryu.

Mata Freya menangkap sosok yang dikenalinya. Buru-buru ia menegakkan dirinya.

"Tidak apa-apa, santai saja," ujar si wanita, ia memakai kimono yang sangat kontras di tempat ini. Mengingat para tamu undangan memakai pakaian khas barat.

"Jadi kau tunangan anakku yang itu? Senang bertemu denganmu," sapa pria yang tengah menggamit Hotaru dengan intens.

Untuk beberapa detik Freya membeku saat melihat sosok pria itu. Ia terpana melihat rupanya yang bak pangeran dalam dongeng. Rambut pirang keemasan yang berkilau dipadu dengan mata biru cemerlang seindah biru samudra.

"Senang bertemu denganmu juga.. Lord Isaiah." Freya menyambut tangan pria itu dengan susah payah. Menyadarkan dirinya kembali dari keterkejutannya.

"Tidak perlu seformal itu nona. Panggil saja aku Mr. Isaac." Isaac melirik putranya yang masih menempel pada Freya. "Dan jika kau berkenan nona, maukah kau ikut ke meja keluarga kami? Aku ingin sekali berbincang-bincang denganmu."

"Tentu," jawab Freya. Freya bangkit dari tempat duduknya dan mau tak mau Ryu ikut bangun dan mengikuti Freya yang tengah berjalan menuju meja khusus keluarga Isaiah. Tepatnya keluarga Ryu.

"Kau yakin sudah baikan?" tanya Ryu hampir berbisik.

"Iya. Kau tidak perlu mencemaskanku Ryu."

"Jangan memaksakan diri Freya." kali ini nada suara Ryu meninggi.

"Ryu sayang, percayalah aku sudah lebih baik. Dan lagi, ini kesempatan langka, orangtuamu datang jauh-jauh kesini dan kau menyiakan-nyiakan momen seperti ini?"

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now