Part 14 : Ingat Tujuan Kita

897 76 1
                                    

Dua orang pria terlihat berjalan dengan gusar menyelusuri lorong-lorong asrama. Pria yang lebih besar memandangi sahabatnya yang tengah berjalan di depannya. Sedangkan pria yang satu lagi membimbing menuju ke taman tengah asrama. Sesekali ia memijit-mijit keningnya yang pening akibat darah rendah yang ia miliki.

Ketika tiba di taman, kedua pria itu segera duduk di salah satu kursi panjang yang ada.

Pemilik manik biru langit terlihat begitu frustasi. Ia menutup matanya dengan tangan besar dan kekar miliknya. Sesekali ia mengacak rambut hitam pekatnya yang dipotong pendek dan tertata rapi.

Mata jingga laki-laki bertubuh besar itu hanya memperhatikan tingkah sahabatnya. Ia bangkit dari kursi dan berdiri menghadap Ryu.

"Jadi, bisakah kau memulai hal apa yang kau bicarakan Ryu?" tanya Bam memecah keheningan.

Laki-laki berambut hitam pekat itu menurunkan tangannya. Ia menatap langit, kemudian menatap pemuda pirang di hadapannya.

"Aku rasa.. Aku telah melakukan hal yang sangat mengerikan."

Bam meragukan.

"Mari kita dengar hal mengerikan itu," ujar Bam

Ryu mencoba mengatur napasnya dan berusaha tenang. "Kau tahu, aku hampir saja kehilangan kendali akan diriku. Pikiranku kosong dan hasrat menguasaiku," jelas Ryu. Ia kembali menutup matanya.

"Jangan katakan bahwa
ini ada hubungannya dengan kepergian Freya yang terburu-buru tadi."

Ryu menundukkan kepala dan mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi. Bam terperanjat. Ia memandang sahabatnya dengan ekspresi kecewa.

"Demi Tuhan! Astaga, Ryu. Kau kehilangan kendali? Kau melakukan itu pada Freya? Bagaimana bisa kau kehilangan kendali begitu saja! Untuk apa kau berlatih menahan hasratmu bertahun-tahun lamanya jika akhirnya kau semudah itu kehilangan kendali." Bam terlihat syok dan tidak percaya.

Ryu sudah memprediksi reaksi Bam, namun tetap saja ia merasa tersudutkan. Tapi bagaimana pun, ia harus memberitahu Bam. Itu adalah hal paling bijak yang bisa ia putuskan, walaupun akhirnya seperti ini. Ia lebih memilih memberitahu Bam dan menghadapi reaksinya daripada ia tidak menemukan solusi dan permasalahan ini sampai di telinga keluarganya.

"Ini tidak seburuk yang kau katakan Bam," sanggah Ryu mencoba membela dirinya.

"Aku ragu yang kau bilang tentang dirimu yang hampir kehilangan kendali. Sepertinya kau memang kehilangan kendali Ryu," tukas Bam. Ia melihat reaksi Ryu, dan itu sudah memberikannya jawaban. "Kita sudahi ini Ryu, aku akan memberitahu kepala sekolah. Kita akan kembali ke Inggris." Bam membalikkan badan hendak meninggalkan Ryu. Ryu bangkit dan menahan Bam.

"Dengarkan aku Bam Shimizu! Aku tidak sampai ke tahap itu!" kata Ryu dengan nada tinggi.

Wajah Bam menunjukkan ketidakpercayaan, namun melihat ekspresi Ryu yang serius ia berhenti. Memutuskan mendengarkan penjelasan laki-laki yang kini menatapnya dengan mata biru yang sayu.

"Aku ingin mendengar penjelasan untuk itu," kata Bam, sekarang ia yang duduk di kursi.

"Kuakui, aku memang kehilangan kendali, bukan hampir kehilangan kendali." Ryu melihat wajah Bam yang seolah mengatakan sudah kuduga. Ia melanjutkan ucapannya, "Tapi seperti yang kau tahu, gadis itu bukan gadis biasa. Ia akhirnya sadar dan kemudian mendorongku lalu kabur."

Bam tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menyangka ada seorang gadis yang mampu bertahan dari godaan seorang Isaiah. Mungkin gadis itu memang bukan gadis biasa. Ia luar biasa.

"Hahahahaha bagaimana bisa gadis itu kabur, Ryu?Bahkan ibumu yang pernah selamat dari terkaman ayahmu sebelum mereka menikah karena kakek dari pihak ibumu melihat mereka kemudian mendamprat ayahmu habis-habisan. Kujamin jika saat itu kakekmu tidak datang, ayahmu akan berhasil. Ia seorang Isaiah. Penguasa dengan feromon mematikan. Perempuan manapun tidak akan sanggup menolak pesona mereka. Katakan padaku, bagaimana Ryu?" kata Bam panjang lebar sambil mengusap air mata yang keluar saat ia tertawa.

Eye of Heart [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin